Bupati Intan Jaya Diminta Hentikan Lobi Investor
-
Logo Komisi Somatua Intan Jaya*Intan Jaya, KOMISI - Bupati Kabupaten Intan
Jaya, Natalis Tabuni, diminta agar hentikan lobi dan komunikasi yang
beberapa w...
Masalah Papua Dapat Diselesaikan Lewat Dialog
-
Sering terdengar berbagai kisah tindak kekerasan terjadi di Papua. Mulai
dari penyiksaan sampai penembakan. Kondisi itu tak hanya memakan korban
dari masya...
KETUA KLASIS WONDAMA DIANCAM EKSPEDISI NKRI
-
KETUA KLASIS WONDAMA DIANCAM TIM EKSPEDISI NKRI
Laporan Kronologis
Saya Pdt Hans Wanma. STh, selaku ketua klasis wondama, sejak tanggal 25-28
maret 2016,...
Massa Pendemo Bertelanjang Dada di DPRP
-
*[image: Gabungan Mahasiswa dan Pemuda memperingati Hari HAM Internasional
ketika menggelar aksi unjukrasa di Kantor DPRP, Jayapura, Senin.]Gabungan
Mah...
JAYAPURA—Sebanyak 21 dari 31
Kabupaten/Kota Pemekaran di Provinsi Papua masih menunggu
persetujuan DPD RI. Untuk itu, diminta kepada 21 kabupaten tersebut
jangan minder, karena DPRP sebagai representasi rakyat Papua
terus mendorong aspirasi pemekaran wilayah. Hal ini
disampaikan Anggota Komisi A DPRP Hendrik Tomasoa, SH,MH dan dr.
Yohanes Sumarto ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Jumat (31/8).
Dia mengatakan, 10 dari 31 Kabupaten/Kota Pemekaran di Provinsi
Papua yang diusulkan dibahas telah disetujui DPD RI masing masing
Katemban, Yahukimo Utara, Yahukimo Timur, Yahukimo Barat Daya, Yahukimo
Barat Pegunungan Seir, Mamberamo Hulu, Kota Merauke, Yapen Barat, Yapen
Timur serta Grimenawa. Dikatakan, pihaknya memohon Kepala
Biro Pemerintahan Provinsi Papua segera mengirim data yang ada di
luar 10 Kabupaten/Kota Pemekaran tersebut. Pasalnya,
Komisi A DPRP telah memiliki 31 data sehingga segera dibuka
paripurna membahas Kabupaten/Kota Pemekaran. Dia mengutarakan,
adapun kekurangan-kekurangan dari ke- 21 Kabupaten/Kota ini untuk
sementara diabaikan, dan diserahkan kepada instansi teknis dan Tim
Pemekaran Kabupaten/Kota untuk melengkapinya agar aspirasi masyarakat
ini betul-betul dilaksanakan DPRP. Dia mengatakan, adapun
pandangan-pandangan yang menyatakan permintaan Kabupaten/Kota
Pemekaran bukan datang dari masyarakat, tapi dari tokoh-tokoh politik
yang kalah bersaing dalam Pemilukada. “Bagi kami, itu bukan ruang
lingkup dan tugas dari DPRP,” ujar dia. Tindaklanjut dari ke-10
Kabupaten/Kota Pemekaran, kata dia, DPD menyerahkan
keputusan-keputusan tersebut kepada Komisi II DPR RI yang akan dibahas
dalam Badan Legislasi DPR RI untuk selanjutnya persiapan Rancangan
Undang-Undang (RUU). Tomasoa menegaskan, dari DPD menyerahkan pula
keputusannya kepada Mendagri untuk mempersiapkan RUU pula. Jika DPD RI
Yang duluan mengajukan RUU maka RUU itulah yang akan dipakai, sedangkan
RUU diajukan Mendagri lebih dulu maka RUU Mendagri digunakan sebagai
penyanding. Senada denganya, Sumarto mengatakan kalau usulan DPR RI
diterima Mendagri selanjutnya ia akan meminta pertimbangan Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD). Kemudian berdasarkan Pasal 19 Ayat 2
PP No. 78 Tahu 2007 DPOD akan mengadakan klarifikasi dan penelitian. Berdasarkan
saran DPOD, Mendagri menyampaikan usulan RUU kepada Presiden.
Selanjutnya, Presiden menyampaikan ke DPR RI untuk dibahas dan disahkan
menjadi UU. Tapi kalau DPR RI menerima lebih dulu DPD RI maka DPR dapat
mengajukan hak inisiatif kepada DPR RI menjadi UU dan usulan dari
Mendagri digunakan sebagai bahan persandingan.
Ketua MRP: Kapolda Perlu Berikan Kronologi Tertembaknya Mako
Tabuni kepada MRP
JAYAPURA - Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Timotius
Murib menegaskan, MRP minta kepada aparat keamanan agar tidak ada
lagi penembakan terjadi serta pertumpahan darah, setelah tertembaknya
Mako Tabuni, Kamis lalu. Atas tertembak matinya Mako Tabuni, MRP
juga menyatakan turut berbela sungkawa. Ketua MRP juga menyatakan
menyesalkan semua aksi teror yang dilakukan OTK maupun Penembak
Misterius ‘Petrus’ di Kota Jayapura dalam dua bulan belakangan ini,
Mei- Juni, khusus menyesalkan kejadian di Perumnas III Waena, Kamis
lalu. Rasa belangsungkawa dan penyesalan terhadap hal itu,
diungkapkan Ketua MRP kepada wartawan di Kantor MRP, Selasa(
19/6/2012). Murib menegaskan, di Papua tidak ada namanya OTK atau
‘petrus’ yang melakukan penembakan kepada warga sipil. Bila
tertembaknya Mako Tabuni pada Kamis lalu, lantas Polisi menemukan ada
senjata atau pistol dan lainnya, maka menjadi tugas aparat untuk
mengungkap, siapa otak di baliknya. Namun, lain pihak tertembaknya
Mako Tabuni, justru banyak saksi masyarakat yang menyaksikan peristiwa
itu. Dan laporan yang masuk kepada MRP bahwa saat itu Mako tidak
melakukan perlawanan, tetapi bila memang ada pernyataan terdapat
pistol atau senjata, maka aparatlah yang harus mengungkapkan dengan
transparan. “ Sebagai lembaga kultural MRP menyatakan,
tertembaknya Mako hingga meninggalnya dia membuat masyarakat tidak
senang, MRP sendiri menyesalkan hal itu. Seharusnya polisi tidak
langsung melakukan penembakan, bila memang dia tidak melakukan
perlawanan, sebab penembakan yang dilakukan aparat berdampak sosial
bagi masyarakat dan merupakan tindakan yang berlebihan. Ditegaskan,
dengan tertembaknya Mako, maka MRP minta tidak ada lagi pertumpahan
darah terjadi.
Menurut Murib, sekalipun dalam semua rentetan kasus penembakan Polisi
telah mengantongi identitas dan kriteria pelaku. “Untuk hal itu kami
MRP menyatakan terima kasih karena aparat sudah bekerja, minimal
mengenal identitas pelaku, berikut barang bukti serta mengambil langkah
langkah,”katanya. Mengutip pernyataan Kapolda Papua yang menyatakan,
pelaku penembakan di Kota Jayapura adalah orang yang sudah terlatih,
lanjut Murib, lantas Polisi juga pada akhirnya menyimpulkan Mako Tabuni
pelaku penembakan. “Menurut kami, apakah benar Mako Tabuni ini masuk
dalam kriteria orang terlatih, ini pertanyaan kami sebagai masyarakat
awam, sebab setahu kami, Mako Tabuni adalah masyarakat biasa apakah dia
terlatih atau tidak kami masih mempertanyakan hal itu,” sambungnya.
“ Kami berharap aparat kepolisian kedepannya dapat mengungkap dengan
transparan identitas pelaku penembakan dan terbuka saja kepada publik
untuk membuktikan bahwa memang aparat sudah bekerja dan buktinya aparat
sudah mengantongi identitas pelaku, selanjutnya MRP sebagai lembaga
kultural yang melindungi masyarakat asli Papua menyatakan aparat
kepolisian perlu memberikan keterangan resmi kepada MRP tentang
kronologis sesungguhnya, sehingga Mako Tabuni ditembak, karena hal ini
menjadi pertanyaan semua masyarakat,” terang Murib. Ia menghimbau
masyarakat untuk menjaga diri, jangan melakukan hal hal yang dapat
mencelakakan diri sendiri hingga menjadi korban. Diingatkan, bila
masyarakat asli Papua mau menyampaikan aspirasi maka sampaikanlah
dengan cara- cara yang baik kepada lembaga resmi, seperti DPRP.
PAPUAN, Jayapura --- "Demi rakyat kami, diatas
tanah kami, dan demi keadilan, kemanusiaan dan perdamaian dunia, KNPB
akan tetap berjuang mewugjudkan cita-cita bangsa West Papua, yaitu
merdeka sebagai sebuah bangsa yang bebas dari kungkungan kolonialisme
Indonesia, kapitalisme global dan militerisme Indonesia
Kami
menuntut:
1. Bebaskan Buchtar Tabuni,cs dan usut pelaku pelanggar HAM
di Papua 2. Solidaritas Internasional dalam penyelesaian masalah Papua
Barat 3. Selesaikan persoalan Papua melalui referendum yang damai,
demokratis dan final.
Tujuan Indonesia di West Papua
cuma satu: membunuh orang Papua dan menguasai tanah Papua. Siapapun,
baik secara pribadi, kelompok maupun negara-negara yang mendukung
perlakukan Indonesia di Papua Barat, dia juga merupakan pelaku kejahatan
di West Papua."
Jayapura
- Serangkaian kasus penembakkan misterius yang terjadi di Kota
Jayapura dan beberapa daerah bukan visi perjuangan Papua merdeka, akan
tetapi itu merupakan kasus kriminal murni yang sengaja mengacaukan
ketertiban masyarakat, atau kehidupan masyarakat berbangsa dan bernega
di Papua. Hal itu dikatakan oleh Komandan Koteka West Papua,”Roberthus
Takimai, Kerpada wartawan Media ini, kemarin, di Jayapura. “Perjuangan
Papua merdeka bukan dengan cara kekerasan, terutama dengan cara
penembakkan mistrius ini,”Jelas Komandan. Ia juga meminta kepada
pihak kepolisian agar mengungkap kasus penembakkan misterius di Papua
ini, karena itu merupakan kasus kriminal murni yang mengancam kehidupan
masyarakat yang penuh damai di Papua ini, “Kalau, penembakkan
misterius ini, apabila dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka, berarti
itu telah menyalahi visi perjuangan Papua Merdeka, yakni perjuangan
kemerdekaan papua dengan damai, tanpa melalui kekerasan,”jelas Robert. Akan
tetapi, apabila penembakkan misterius ini, dilakukan oleh pihak
keamanan berarti, pihak keamanan dengan sengaja mengacaukan situsi
keamanan di tanah papua, sehingga oknum keamanan tersebut agar segera
ditindak sesuai dengan koridor hukum yang berlaku,”Kata Takimai. Selain
itu, ia juga meminta kepada pemerintah Daerah dan pemerintah Pusat agar
segera meninjau dan mengklarifikaksi terhadap kasus penembakkan
misterius yang marak terjadi di Papua, agar ketertiban dan kemanan
masyarakat di Papua tetap terjamin,
Kemudian, ia juga menepis adanya isu yang berkembang dimasyarakat bahwa,
maraknya penembakkan misterus di Papua ini dilakukan oleh warga
masyarakat Papua yang bersenjata adalah tidak benar, karena masyarakat
Papua tidak memiliki persenjataan yang modern, dan juga Tentara
Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka juga tidak benar, akan
tetapi semuanya dilakukan oleh oknum pengacau situsi keamanan, Jelas
Robert. Serhingga, kalau memang pihak kepolisian tidak bisa
mengungkap kasus penembakkan misterius di Papua dengan cepat, akurat,
dan terpercaya, berarti, pihak kepolisian sengaja mau mengacaukan
situasi keamanan di papua yang penuh damai, atau ada motif tertentu yang
sengaja diciptakan oleh pihak keamanan sehingga hal ini patut
dipertanyakan,”Kata Robert. Karena itu, ia minta kepolisian dapat
menunjukkan profesionalisme untuk mengungkap kasus ini, sebab selama ini
kasus demi kasus terjadi yang terjadi di papua, tidak pernah ada
kejelasan pengungkapan kasus oleh pihak kepolisian, apalagi dengan kasus
penembakkan misterius yang marak terjadi dibekang ini,”Kata Takimai. Selain
itu, ia juga meminta kepada pemerintah pusat, dan pemerintah propinsi
papua agar segera melihat, mengamati dan meninjau kasus penembakkan ini,
sebab perjuangan kemerdekaan orang Papua bukan dengan cara kekerasan
akan tetapi perjuangan Papua dengan visi, yakni merebut kemerdekaan
damai, yang dijiwai dengan aman, damai, dan tenang. “Penembakkan
misterius dan liar ini, bukan perjuangan kami orang Papua, akan tetapi
itu ada oknum pengacau keamanan yang sengaja menciptakan konflik di
Tanah Papua, sehingga jangan dilakukan pembiaran terhadap mereka yang
onar ditengah-tengah masyarakat”Ujar Robert. Selain itu, ia juga
tidak setuju dengan adanya Penangkapan terhadap Ketua Komite Nasional
Papua Barat, Buchtar Tabuni, sebagai dahlan dari serentatan kasus
penembakkan Misterius di Papua, sebab ia tidak memiliki persenjataan
yang jalan menembak masyaraklat Papua yang tidak berdosa ini, karena
itu, buchtar dibebaskan, “Kalau buchhar ditahan berarti pihak kepolisian
sedang menghelabui penembakkan yang dilakukan oleh pihak kepolisian itu
sendiri,”Tegas Robert. Kalau negara ini jujur, pihak asing sebagai
independent dalam menyelesaikan berbagai kasus di Papua secara damai,
tanpa melalui kekerasan,”jelas Komandan Koteka sona damai.(
PAPUAN, Jayapura --- Kepolisian Daerah Papua
(Polda Papua) tidak dapat membuktikan keterlibatan Komite Nasional Papua
Barat (KNPB) dalam berbagai insiden penembakan di tanah Papua.
“Dalam
penyelidikan Bucthar Tabuni Cs oleh tim penyidik Polda Papua, sama
sekali tidak ditemukan bukti keterlibatannya dalam berbagai insiden
penembakan.”
Hal ini disampaikan Patris Wenda, Wakil Ketua Devisi Militan Keamanan
KNPB dalam siaran pers yang dikirim ke redaksi suarapapua.com,
Sabtu (9/6) siang ini.
Menurut Patris, karena tidak terbukti
keterlibatan Bucthar Cs, sehingga penyidik Polda Papua sengaja menjerat
Bucthar Tabuni dengan tuduhan pengrusakan lapas kelas II A Abepura di
tahun 2010 silam.
Patris melihat, tuduhan tersebut mengada-ada
dan tidak mendasar, sebab selama aksi demonstrasi KNPB di Papua tidak
pernah ada aksi kekerasan.
“Kami selalu mengorganisir massa
untuk menjunjung tinggi nilai–nilai demokrasi dan hak asasi manusia, dan
tidak pernah melakukan tindakan anarkis,” ujarnya.
Dikatakan,
penetapan Bucthar cs sebagai tersangka hanya menutupi dan pengalihan isu
kegagalan Polda Papua dalam pengungkapan pelaku kekerasan di tanah
Papua selama ini.
“Kita semua tahu bahwa tidak ada satupun kasus
penembakan yang terungkap, Polda selalu menyebut pelaku dengan label
Orang Tak Dikenal (OTK), harusnya Polda jujur, jika pelaku dan peluru
yang diuji balistik itu benar kepemilikan anggota polisi jangan di
bilang OTK,” pungkasnya.
Menurut Patris, dengan ditangkapnya
Buctar Tabuni sebenarnya bertujuan untuk membungkam aspirasi merdeka
yang disuarakan seantoro rakyat Papua Barat.
“Kami sudah
prediksi bahwa kebangkitan rakyat Papua dalam tuntutan hak penentuan
nasib sendiri di bawah komando KNPB akan hentikan oleh aparat dengan
berbagai cara,” ujar Patris.
Jubir Internasional KNPB, Victor
Yeimo mengatakan penangkapan Ketua Umum KNPB, Buchtar Tabuni bersama dua
rekannya merupakan skenario Indonesia melalui Polda Papua untuk
mengalihkan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh
aparat TNI/Polri.
“Serta upaya menutupi ketidakmampuan
kepolisian mengungkap pelaku-pelaku penembakan di West Papua, dengan
modus mengkambinghitamkan gerakan perlawanan damai yang dilakukan KNPB,”
kata Yeimo kemarin.
Sebelumnya, Wakapolda Papua Brigjen Paulus
Waterpauw mengatakan bahwa Buctar Tabuni diduga terlibat dalam berbagai
insiden penembakan di tanah Papua.
Sampai saat ini Buctar Tabuni masih ditahan Polda Papua, dan sedang
dilakukan pemeriksaan secara intensif oleh pihak penyidik.
JAYAPURA—DPRP
dituding terlibat drama penangkapan Ketua Umum Komite Nasional
Papua Barat (KNPB) Buchtar Tabuni. Pasalnya, Buchtar Tabuni dan
pengikutnya masing masing Riber Weya dan Hengki Oalua ditangkap
sesaat setelah ia menghadiri pertemuan antara Komisi A DPRP
bersama elemen masyarakat guna membahas serangkaian aksi penembakan
misterius (Petrus) di Kota Jayapura akhir akhir ini diruang
Banggar DPRP, Jayapura, Kamis (9/6). Tudingan ini
disampaikan Wakil Ketua I KNPB Mako Tabuni dalam orasinya di
hadapan anggota DPRP masing masing Walilo, Hagar Aksamina Maday,
Keklo M Ossu dan Yafet Pigay ketika menggelar aksi demo di
Kantor DPRP, Jayapura, Jumat (8/6). Ketika melakukan orasi dan
menunggu kehadiran Ruben Magay dan Yunus Wonda massa KNPB membakar
api unggun seakan mereka berada di honay (rumah adat masyarakat
Pegunungan Papua). Dia mengutarakan, peristiwa penangkapan
Buchtar Tabuni tak sesuai prosedur serta makin memperkuat
adanya skenario keterlibatan DPRP untuk melindungi penguasa
penguasa Papua yang selama ini telah membunuh rakyat Papua. Karenanya,
tuturnya, pihaknya mendesak DPRP segera menghadirkan Wakil Ketua I
DPRP Yunus Wonda,SH dan Ketua Komisi A DPRP Ruben Magay, S.IP
untuk mempertanggungjawabkan peristiwa penangkapan Buchtar paling
lambat pada jumat (8/6) pukul 13.00 WIT. Menanggapi
tuntutan massa KNPB, ujar Walilo, mengatakan pihaknya tak bisa
menghadirkan Ruben Magay karena saat ini ia bersama semua
anggota Komisi A DPRP sedang berada di Polda Papua, Jayapura
untuk meminta kebijakan Kapolda Papua segera membebaskan Buchtar.
Sedangkan Yunus Wonda sedang menunaikan tugasnya di Timika. Hal
senada diutarakan, Hagar Aksamina Maday, setiap masalah yang
terjadi diseluruh Papua pihaknya tak pernah membiarkan satu
persoalanpun yang merupakan tugas legislatif.
“Sebelum kalian datang kami sudah menindaklanjuti di Polda Papua.
Jawaban seperti apa nanti kami sampaikan,” tukasnya. Mako
Tabuni kembali meminta pengeras suara sekaligus menyampaikan, apabila
hingga batas waktu yang ditentukan Ruben Magay dan Yunus Wonda
tak bisa dihadirkan, pihaknya mengancam memboikot seluruh aktivitas
di Kantor DPRP. Dikatakannya, semua produk hukum yang
dihasilkan DPRP tak pernah untuk melindungi rakyat, tapi justru
lebih terkesan melindungi penguasa penguasa yang telah membunuh
rakyat Papua. “Produk hukum yang dihasilkan DPRP memberikan
legitimasi kepada militer agar rakyat saling membunuh seperti
Perda Pemekaran Wilayah membuat terjadinya perang antar warga
atau perang suku. Karenanya, lanjut dia, untuk menyikapi
serangkaian aksi Penembakan Misterius (Petrus) yang telah
merengut korban jiwa, pihaknya mendesak DPRP untuk segera membuat
Perda Darurat Sipil di Tanah Papua. “Apabila tak
ditanggapi kami segera perintahkan operasi dari rumah ke rumah
untuk membunuh semua anggota DPRP. KNPB bertanggungjawab orang yang
nyata nyata membunuh demokrasi harus dibunuh,” tukasnya. Namun
lantaran hingga waktu yang diminta Ruben Magay dan Yunus Wonda
tak bisa hadir, maka Mako Tabuni menuliskan tuntutan di secarik
kertas yang disaksikan Walilo dan Keklo M Ossu antara lain
mendesak DPRP segera membuat Perda Darurat Sipil di Tanah Papua.
Massa KNPB pun membubarkan diri dengan aman dan tertib.
(mdc/don/l03)
PAPUAN, Jayapura --- Penangkapan Ketua Umum
Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Buchtar Tabuni bersama dua rekannya
merupakan skenario Indonesia melalui Polda Papua untuk mengalihkan isu
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh aparat
TNI/Polri.
“Serta upaya menutupi ketidakmampuan kepolisian
mengungkap pelaku-pelaku penembakan di West Papua, dengan modus
mengkambinghitamkan gerakan perlawanan damai yang dilakukan KNPB.”
Demikian penegasan Juru Bicara Internasional, Victor Yeimo dalam
siaran pers yang dikirim kepada suarapapua.com, Sabtu (8/6)
siang, dari Jayapura, Papua.
“Lihat saja, berbagai kasus
penembakan di Puncak Jaya, Timika, Paniai, Wamena serta beberapa daerah
dalam beberapa waktu terkahir terbukti bahwa Polisi Indonesia tidak
mampu mengungkap pelaku, apalagi menangkap dan menghukum pelaku yang
jelas-jelas terbukti,” kata Yeimo.
Dijelaskan, beberapa kasus
penembakan OTK di Timika, sampai hari ini Polisi belum mengungkapnya.
Berikutnya,
penembakan 5 warga sipil di Degeuwo Paniai yang jelas-jelas dilakukan
Brimob Polda Papua belum juga ditangkap dan diadili.
Penembakan
Terijoli Weah tanggal 2 Mei saat demo damai KNPB, walaupun ditemukan
serpihan peluru, Polisi tidak mampu mengungkap.
Penembakan
terhadap warga Jerman, Dietmar Pieper di Base-G pun belum sanggup
diungkap Polisi melalui Tim yang dipimpin Wakapolda Papua, Paulus
Waterpau.
“Dan, baru pagi hari kemarin (7/7) Teyu Tabuni dibunuh
tanpa alasan oleh anggota Polres Jayapura di Yapis, Polisi tidak
menangkap pelaku,” jelas Yeimo.
Namun, Buchtar Tabuni yang
hendak bertanggung jawab dan mengklarifikasi tuduhan terhadap KNPB di
depan DPRP, Kapolda, Pangdam dan Tokoh-Tokoh Masyarak, kemarin (7/7)
justru ditangkap tanpa prosedur penangkapan resmi (tanpa surat
pemanggilan).
Padahal, lanjut Yeimo, aksi KNPB pada 4 Juni lalu
adalah aksi damai menuntut polisi mengungkap pelaku penembakan yang
terus terjadi di Papua.
Dan KNPB telah melayangkan surat
pemberitahuan aksi ke Kapolda dan Direskrim Polda Papua jauh-jauh hari
sebelum aksi.
“Lantas, mengapa aksi damai rakyat Papua diblokade
polisi yang menggunakan senjata lengkap? Mengapa tidak membiarkan KNPB
melakukan aksi damai seperti biasanya,” tanya Yeimo.
Ditambahkan,
KNPB sangat memahami prinsip-prinsip kemanusiaan, perdamaian dan
demokrasi secara universal, oleh sebabnya, ribuan massa rakyat Papua
Barat selama ini dikoordinir secara damai untuk menyampaikan tuntutan
rakyat secara terbuka.
Disampaikan juga, KNPB memahami bahwa,
anarkis dan kekerasan tidak menguntungkan dan justru merugikan dalam
perjuangan KNPB.
Oleh karenanya, KNPB tidak sama sekali
menghasut dan mengatur kekerasan terjadi dalam perjuangan yang damai
ini.
“Kami sangat memahami bahwa Indonesia dengan kepentingan
kolonialisme dan kapitalisme global diatas tanah ini tidak akan
menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.”
Karena
itu, ditambahkan, penguasa dengan berbagai macam alasan, bersama
kekuatan media-media propaganda penguasa akan terus mendiskreditkan,
menstigma dan membunuh gerakan perlawanan damai yang dilakukan oleh KNPB
diatas tanah surga ini.
Dari catatan suarapapua.com.
berbagai aksi penembakan yang terjadi di tanah Papua, tidak ada satupun
pelaku yang ditangkap oleh pihak aparat keamanan.
Banyak aktivis
HAM menyebutkan ini merupakan bukti ketidakmampuan aparat kepolisian,
terutama untuk mengungkap dan menangkap pelaku penembakan yang telah
meresahkan warga Papua.
Paparan berlebih terhadap bahan
kimia tertentu dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Waktu adalah hal
penting dalam masalah ini: berapa lama efek akan muncul dan kapan ia berakhir.
Efek Akut biasanya terjadi segera
setelah terpapar. Efek tersebut biasanya tidak berlangsung lama, dan mungkin
menghilang sewaktu tidak ada paparan lagi. Beberapa efek akut, seperti sakit
kepala atau memar pada kulit, cenderung tidak memiliki dampak besar, tetapi
untuk suatu bahan kimia yang memiliki dosis mematikan, efeknya dapat mematikan
seketika.
Efek Kronis biasanya dihasilkan dari
paparan dalam waktu lama. Perlu waktu lama, kadang bahkan tahunan, pengaruh
paparan baru muncul. Namun, jika masalahnya telah muncul, maka dapat
berlangsung lama. Efek kronis umumnya bersifat serius. Kanker dan masalah
reproduksi adalah contoh efek kronis. Gangguan kesehatan lainnya yang termasuk
kategori ini adalah anemia, bronkitis kronis, dan kerusakan pada hati.
Bahaya kesehatan kimia juga dibagi
berdasarkan rute paparannya. Bahan kimia dapat masuk ke tubuh dan menyebakan
masalah kesehatan melalui:
• Kontak dengan kulit
• Kontak pada mata
• Terhirup
• Termakan.
Beberapa bahan kimia memiliki efek
berbahaya melalu rute paparan manapun. Yang lainnya, mungkin terbesar
pengaruhnya melalui salah satu rute. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui
rute mana yang diperhatikan dan perlindungan terhadap paparan.
Waspada selalu terhadap bahaya
kesehatan dan ambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindarinya.
Di bawah ini panduan umum yang perlu
diperhatikan:
• Ikuti petunjuk dari pabrik dan
prosedur perusahaan mengenai bahan kimia dan peralatannya
• Jangan mengambil jalan pintas
• Periksa wadah secara berkala dari kemungkinan
bocor dan tutup jika tidak digunakan
• Lapokan segera jika ada tumpahan,
bersihkan jika anda terlatih, memilki alat memadai, dan ditugaskan untuk
pekerjaan tersebut
• Pastikan area berventilasi
• Gunakan pakaian pelindung yang
direkomendasikan seperti tercantum di dalam MSDS (Lembar Data Keselamatan
Bahan) dan disediakan oleh perusahaan.
• Inspeksi semua APD sebelum
digunakan
• Pindahkan dan buang pakaian yang
terkontaminasi dengan benar, mengacu pada prosedur perusahaan
• Jangan membawa makanan, minuman,
atau rokok ke area kerja
• Cucilah tangan dan badan dengan
seksama sebelum makan, minum, atau merokok
• Bersihkan alat, peralatan, dan
pakaian yang terpapar bahan kimia berbahaya sebelum digunakan kembali
• Buang semua material yang terkontaminasi
dengan benar
Hal penting pula untuk bertindak
cepat dan tepat jika anda dan rekan kerja anda terpapar bahan kimia berbahaya.
Setiap detik dapat menentukan.
Oleh karena anda tidak dapat
memastikan bagaimana seriusnya paparan yang terjadi, maka mintalah pertolongan
medis. Kemudian periksa MSDS untuk langkah P3K. Prosedur P3K tidak sama untuk
setiap bahan, namun secara umum langkahnya adalah sebagai berikut:
• Kontak dengan kulit: Lepaskan
pakaian yang terkontaminasi dan cuci kulit dengan air selama sekurang kurangnya
15 menit
• Kontak pada mata: Bilas mata dan
kelopak dengan air selama sekurang-kurangnya 15 menit
• Terhirup: Bawa korban ke area
berudara segar segera. Korban mungkin memerlukan bantuan pernapasan
• Termakan: Dapatkan pertolongan
medis segera. Ikuti petunjuk di dalam MSDS secara seksama. Beda bahan kimia
memerlukan perlakukan yang berbeda pula
Kapolres Mimika AKBP Moch Sagi memastikan bahwa pelaku penembakkan dia area
kerja PT Freeport Indonesia tepatnya di mile 37 beberapa waktu lalu yang menewaskan
dua petinggi Security bukan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Penegasan tersebut disampaikan oleh Kapolres Mimika AKBP Moch Sagi saat
memberikan keterangan pers kepada sejumlah wartawan Rabu 27/4 , di rumah makan
Nyiur Melambai, Timika-Papua. Menurut Sagi bahwa kesimpulan sementara dari
hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pelaku penembakkan yang menewaskan Daniel
Mansawan dan haris Siregar di Mile 37 , adalah bukan kelompok bersenjata maupun
OPM.
“Pelaku penembakkan bukan dari kelompok bersenjata atau biasa disebut OPM, akan
tetapi pelakunya adalah orang yang ingin mengganggu stabilitas keamanan di
timika,” tegas Sagi.
Dikatakan oleh Sagi, bahwa sejauh ini pihak Kepolisian belum bisa memastikan
siapa pelaku dan apa motif dari penembakkan tersebut, namun pihak Kepolisian
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengungkap siapa pelaku. Dijelaskan
olehnya, bahwa salah satu kendala yang ditemui dilapangan untuk mengungkap
dengan cepat siapa pelaku penembakkan tersebut, adalah lokasi TKP tidak di
dukung dengan signal operator seluler.
Namun sejauh ini pihak Kepolisian sudah memeriksa lebih dari 34 orang saksi
terkait kasus tersebut, dan seluruh penyelidikan kasus yang terjadi di tangani
langsung oleh Polda Papua. Dan sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan
keterangan dari hasil penyelidikan, karena masih menunggu hasil dari Labfor tim
Forensik.
Lebih lanjut Sagi membantah bila ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa aparat
Kepolisian terkesan lamban dan menutup-nutupi hasil penyelidikan. Menurutnya
Pihak Kepolisian sangat serius dan terus menyelidikan kasus penembakkan
tersebut, dan sudah memerintahkan jajaran Polres Mimika untuk bekerja secara
maksimal, dirinya juga sudah sampaikan kepada seluruh jajarannya bila sudah ada
hasil nya akan disampaikan secara terbuka kepada publik. (husyen abdillah)
JUBI — Awalnya hanya di Erstberg.
Dari sanalah Freeport mulai merambah gunung lain bersama kecaman yang melekat
padanya.
Freeport
berdiri pada tahun 1912. Awalnya hanya perusahaan kecil penambang belerang.
Pada 1940, Freeport kemudian mulai mengembangkan sayapnya dengan membuka
pertambangan Nikel di Kuba.
Namun tak
bertahan lama karena diambil paksa oleh Fidel Castro. Setelah hasil dari
berbagai tambang mereka mengalami penurunan, berbekal catatan peneliti Belanda,
tahun 60an mereka menelusuri bumi Papua.
Menakjubkannya,
disitu mereka menemukan kandungan tembaga 13 juta ton diatas permukaan tanah.
Kandungan itu kelak menjadikan Freeport sebagai tambang tembaga ketiga terbesar
didunia. Dalam tahun 1972,
Freeport
melakukan ekspor perdana konsentrat tembaga. Saat itu Amerika Serikat lagi
dilanda perang habis-habisan dengan Vietnam. Harga tembaga melangit.
Penambanganpun digenjot besar-besaran.
Alhasil
Freeport menangguk keuntungan yang sangat besar. Dengan kekayaannya itulah,
Freeport mengakuisisi Mc Moran Oil and Gas, dan mengubah namanya sendiri
menjadi Freeport Mc Moran. Gunung Rumput di Tembagapura, yang kelak disebut
pula sebagai Gunung Emas, mulai dikelola Freeport pada 1988. Sebelumnya
kandungan emas ini telah ditemukan tahun 1936 oleh peneliti Belanda.
Setelah
tembaga terbesar ketiga, kini Freeport memiliki tambang emas terbesar pertama
di dunia. Keuntungannya memang menggila. Pada Januari 2001, harga Tembaga
hanyalah US$ 2.13/kg. Pada Januari 2005, harganya naik menjadi US$ 3.70/kg dan
meroket pada Januari 2006 menjadi US$ 5.43/kg alias 250% dibanding 5 tahun
sebelumnya.
Harga emas juga demikian. Pada awal 2001 masih
sekitar US$ 9.000/kg, meningkat menjadi US$ 15.900/kg di awal tahun 2005, dan
kini melangit hingga lebih dari US$ 18.900/kg. Saham terbesar diperusahaan ini
adalah milik milik Freeport Mc Moran, 81.2 %.
Pemerintah
Indonesia hanya memiliki 9.4 % saham. Sedangkan, sisa saham sebesar 9.4%,
dimiliki oleh Indocopper Investama, yang ternyata 100% saham perusahaan ini
dimiliki Freeport Mcmoran juga. Dalam perkembangannya, Freeport Mcmoran
berencana melepas Indocopper Investama.
Hasil yang gemilang, emas yang banyak, ternyata tak membawa Freeport pada
sebuah jalan yang mulus. PT. Freeport Indonesia dari tahun ke tahun selalu
diumpat. Dikecam dan dikritik. Beberapa diantaranya bahkan melakukan unjukrasa
menentang keberadaan Freeport. Pada beberapa peristiwa, penembakan dan
kekerasan juga mewarnai aktivitas karyawan dalam areal PT. Freeport. Hingga
pertengahan Juli kemarin, penembakan, bahkan terhadap karyawan terjadi hingga
membuat seluruhnya angkat kaki dan cuti.
Bagi
sejumlah kalangan, insiden penembakan yang terjadi berturut-turut itu dinilai
tidak lepas dari rangkaian persoalan ketidakadilan yang timbul akibat
beroperasinya PT. Freeport Indonesia. “PT. Freeport menimbulkan kejahatan
ekologi, tragedi kemanusiaan dan
penjajahan ekonomi bangsa,” ungkap Direktur Eksekutif Nasional Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Berry Nahdian Forqan di Jakarta.
Berry
menegaskan, kekerasan yang terjadi di Papua akibat adanya ketidakadilan dengan
diberikan ruang sangat besar oleh Pemerintah kepada PT Freeport untuk
mengeksploitasi kekayaan tanah Papua. “PT Freeport mengeksploitasi dan
mengakses kehidupan politik, ekonomi, dan sosial rakyat Papua. Ketika sudah
kebablasan, pemerintah tidak berdaya,” ujarnya.
Kekerasan, perusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial, paparnya, telah
melekat dalam sejarah operasi PT Freeport di Papua yang mulai beroperasi sejak
tahun 1967. “Jangan hanya melihat persoalan pada kelompok-kelompok tertentu di
Papua yang melakukan kekerasan,” ucapnya.
Untuk itu,
lanjut Berry, jalan keluar untuk mengatasi segala kekerasan dan ketidakadilan
yang selama ini terjadi di Papua adalah dengan menghentikan total operasi PT
Freeport. “SBY jika punya komitmen terhadap rakyat Papua harus menghentikan
operasi PT Freeport,” lontarnya. Pemerintah, tambahnya, juga harus membentuk
komite independen yang beranggotakan pakar hukum, lingkungan, sosial untuk
mengkaji ulang segala aspek, mulai dari HAM, ekologi, sosial, hingga ekonomi.
Selain itu, langkah lain, pemerintah memfasilitasi konsultasi publik yang
menghadirkan rakyat Papua terutama masyarakat sekitar PT. Freeport untuk
mendapatkan gambaran sebenarnya yang selama ini terjadi. “Sambil langkah-langkah
tersebut berjalan, lakukan penegakan hukum terhadap kerusakan lingkungan serta
HAM,” ujarnya. Jika benar operasi ditutup. PT. Freeport juga, kata dia, harus
bertanggung jawab terhadap ekologi serta seluruh pekerja. “Para pekerja bisa
dialihkan untuk pemulihan ekologi dan ekonomi,” kata Berry
Ulah Jahat Freeport
Dalam buku “Freeport, Bagaimana Pertambangan Emas dan Tembaga Raksasa
“Menjajah” Indonesia?” yang ditulis, Torry Kuswardono, Siti Maimunah, dkk,
WALHI - JATAM, 2006, disebutkan, sebenarnya sejarah konglomerasi sumber daya
alam Freeport McMoran Copper and Gold melibatkan banyak pemegang saham, merger,
juga peralihan kepemilikan.
Dalam
pengoperasiannya, Freeport McMoran menduetkan pebisnis dengan pejabat dan
politisi di Amerika Serikat. Hal ini dimaksudkan sebagai pelicin upaya ekspansi
perusahaan dalam mengakumulasi kapital dipelbagai penjuru dunia, tak terkecuali
di Papua.
Sebut
misalnya, Henry Kissinger, mantan Menlu Amerika Serikat, yang menjadi direktur
perusahaan. Dalam kiprahnya, Freeport McMoran berhasil menyediakan sekitar
$730,000 bagi anggota-anggota Kongres AS, meliputi Presiden Clinton (dulunya)
dan Partai Demokrat.
PT. Freeport Indonesia adalah anak perusahaan yang didirikan oleh Freeport
McMoran Copper and Gold Inc. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di
dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang
Grasberg (sejak 1988).
Sejak eksplorasi digulirkan PT. Freeport Indonesia, sejumlah kejahatan serius
muncul. Pertama, penghancuran terhadap lingkungan secara sistematik,
terus-menerus, dan sengaja. Kedua, kejahatan pelanggaran pajak.
Ketiga,
kejahatan kemanusiaan, berupa pemusnahan hak dasar ketujuh suku di sekitar
lokasi pertambangan PT. FI. Bahkan, pada tahun 2003, PT Freeport Indonesia
mengakui telah membayar TNI untuk mengusir para penduduk setempat dari wilayah
mereka. Lebih jauh, menurut laporan New York Times pada Desember 2005, jumlah
yang telah dibayarkan senyampang tahun 1998-2004 mencapai hampir 20 juta dolar
AS.
Seorang ahli antropologi Australia, Chris Ballard, yang pernah bekerja untuk
Freeport, dan Abigail Abrash, seorang aktivis HAM dari Amerika Serikat,
memperkirakan, sebanyak 160 orang telah dibunuh oleh aparat militer antara
tahun 1975–1997 di daerah tambang dan sekitarnya.
Pembunuhan
tersebut berjalan dengan kemiskinan yang menimpa warga asli di Timika. Torry
Kuswardono, dan Siti Maimunah menyebutkan, sejak tahun 1971, warga suku Amugme
telah dipindahkan ke luar dari wilayah mereka ke wilayah kaki pegunungan.
Tak pelak,
sejak itu, perlahan tapi pasti, kondisi alam Amungme hancur melebur. Kehidupan
suku Amungme, Kamoro, Dani, Nduga, Damal, Moni, dan Mee (Ekari) pun makin
terhimpit kemiskinan dan kesengsaraan tanpa batas.
Tengok saja. Saat orang Papua mengais rezeki, menambang tailing di Kali Kabur
Wanomen, mereka dihalau secara kasar oleh Satpam PT. Freeport dan aparat
keamanan Indonesia, mereka ditembak dan jatuh korban. Tidak terbayangkan, yang
mereka usir adalah saudara sendiri yang mengais secuil rezeki dari limbah
gunung kemakmuran milik kita. Apakah untuk mendapat emas sebesar butir pasir di
limbah industri PT Freeport rakyat Indonesia harus kehilangan nyawanya?
Rasa sedih menyergap manakala disadari ada kota modern, Kuala Kencana, dekat
Timika, tempat para petinggi PT. Freeport bersemayam. Sementara 6-7 kilometer
dari kota itu ada rumah yatim piatu Papua yang taraf kehidupannya sama seperti
sebelum mereka “ditemukan”. Dalam radius itu, bisa ditemukan saudara-saudara
kita yang masih mengenakan koteka. Entahlah. Kapan semua itu berakhir? (Tim
Jubi/JR)