Daftar Blog Saya

Mengenai Saya

Foto saya
Duma-Dama, Papua, Jamaica
SALAH DAN BENAR TIDAK JADI UKURAN KARENA SMUA MASSA BELAJAR
Bonfasius Yatipai. Diberdayakan oleh Blogger.

V I L L A G E

V I L L A G E
Boy'' Village

Jumat, 05 April 2013

Gempa 7,2 SR Tolikara Buat Warga Papua Panik

Ilustrasi gempa bumi JAYAPURA - Gempa 7,2 Skala Richter (SR) yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua, dirasakan hingga ke wilayah Jayapura, Merauke, dan juga Sarmi.

Pantauan Okezone, warga Jayapura sempat panik akibat guncangan gempa, beberapa pihak hotel juga terlihat mengevakuasi para pengunjungnya.

"Ketika gempa, situasi memang panik dan kami memutuskan untuk mengevakuasi pengunjung melalui tangga darurat. Kini situasi sudah normal kembali," ujar salah seorang petugas Hotel Horizon Jayapura, Sabtu (6/4/2013).

Sementara itu Ridha, salah seorang pengunjung hotel Horizon, mengaku, sangat panik ketika terjadi gempa pukul 13.42.35 WIT.

"Tadi guncangannya sangat kencang. Botol air mineral dan gelas-gelas bahkan sempat jatuh, karena panik dan takut bangunan hotel runtuh, makanya kami semua menyelamatkan diri keluar hotel," ujar Ridha.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi pihak pemerintah atau aparat, terkait kerugian yang timbul akibat gempa.

BMKG wilayah V Jayapura, mengklaim gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami karena terjadi di wilayah Darat Tolikara, namun kemungkinan terjadinya gempa susulan itu akan ada.

Vanautu perdana menteri menjanjikan dukungan bagi keanggotaan Papua MSG

Perdana Menteri baru Vanuatu mengatakan pemerintah akan mendorong untuk wilayah Papua Indonesia untuk diberikan keanggotaan penuh di Melanesia Spearhead Group.

Moana Karkas Kalosil mengatakan peningkatan dukungan untuk Papua Barat penentuan nasib sendiri akan ditandai dalam sebuah pernyataan ia akan menyampaikan kepada bangsa mengumumkan rencana aksi pemerintahannya dalam 100 hari pertama di kantor.

     "Sudah waktunya untuk mengakui bahwa perjuangan Papua Barat, seseorang harus melakukan sesuatu tentang hal itu. Kita tidak bisa hanya menutup mata dan menolak, mengatakan bahwa tidak ada yang terjadi di sana, karena ada banyak masalah hak asasi manusia terjadi di sana. Kami ingin Papua Barat menjadi anggota penuh dari Melanesia Spearhead Group - ini adalah sesuatu yang kita akan melobi ".

Moana Karkas Kalosil mengatakan pemerintah akan mengakhiri perjanjian antara pemerintah sebelumnya dan Indonesia di mana Vanuatu menerima polisi Indonesia dan bantuan militer.

Dia mengatakan unit khusus berfokus pada Papua Barat akan dibentuk di Departemen Luar Negeri.

Rabu, 03 April 2013

Lagi, Buku Soroti Pelanggaran HAM Papua Diluncurkan

Markus Haluk, penulis buku secara simbolis menyerahkan buku tersebut kepada beberapa perwakilan rakyat Papua (Foto: Oktovianus Pogau/SP)Bertempat di Aula Media Center, Kantor Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, telah diluncurkan sebuah buku baru terkait hak asasi manusia di tanah Papua, dengan judul “Mati atau Hidup”, sub judul “Hilangnya Harapan Hidup dan Hak Asasi Manusia di Papua”, karya Sekertaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua (AMPTPI), Markus Haluk.
Menurut penulis, buku tersebut menggambarkan situasi hak asasi manusia di Papua selama empat belakangan, bahwa tensi pelanggaran HAM bukan semakin menurun, namun justru semakin meningkat secara drastis.
“Padahal, presiden SBY sendiri dalam banyak kesempatan telah menyatakan akan menyelesaikan masalah Papua dengan jalan damai, dialog, dan tidak melakukan pendekatan keamanan, namun kenyataan dilapangan lain, pelanggaran HAM justru semakin meningkat,” ujar Haluk.
Dikatakan, tujuan penulisan buku tersebut juga untuk mengajak simpati dari siapa saja yang selama ini peduli pada situasi konflik di Papua, dan agar bisa membantu untuk mengatasi situasi konflik tersebut.
Selain itu, menurut penulis, judul buku tersebut sengaja mengajak pembaca untuk merenungkan situasi Papua, sebab kondisi rakyat Papua saat ini adalah dalam keadaan siap mati, dan akan mati, walau yang berhak menentukan mati adalah Tuhan sendiri.
“Pemerintah Indonesia bangga jika menghilangkan nyawa orang Papua, padahal nyawa ada di tangan Tuhan, ini situasi dan kondisi rill yang terjadi di Papua,” ujar penulis, yang juga alumnus Sekolah Tinggi Fajar Timur, Abepura, Papua.
Sementara itu, Haris  Azhar, Kordinator KontraS mengapreasiasi usaha dan kerja penulis untuk menggambarkan situasi Papua melalui sebuah karya tulisan.
“Ini langkah baik, dan perlu diikuti oleh siapa saja yang peduli pada persoalan di Papua,” tegas Hariz, yang juga jadi moderator dalam sesi peluncuran buku, Rabu (3/4/2013) siang tadi.
Sedangkan menurut Komisioner Komnas HAM RI, Otto Syamsuddi Ishak, kekurangan yang ia temui dalam penulisan buku tersebut adalah tidak ditemuinya bagian yang memaparkan tentang kesalahan pemerintah daerah, sebab mereka bagian dari subjek pelaku pelanggaran HAM di Papua.
“Kalau dibidang Sosial dan Politik, saya setuju negara sebagai aktor, tapi perlu ingat bahwa di Ekonomi, Sosial dan Budaya, pemerintah daerah justru pelaku utama pelanggaran HAM, dan saya tidak lihat buku ini membahas kesalahan pemerintah,” ujar Otto.
Karena itu, Otto meminta, dalam penulis buku, perlu kesalahan pemerintah daerah juga perlu diungkap, agar dapat lebih fair, tidak hanya menyerang pemerintah pusat semata.
Selain menggelar acara peluncuran buku dengan menghadirkan pembicara, Yoris Raweyai, anggota Komisi 1 DPR RI, Adriana Elisabeth dari Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI),  dan Otto Syamsuddin Ishak, Komisioner Komnas HAM, sebelumnya telah dilakukan jumpa pers terkait penulisan buku tersebut.
Dalam jumpa pers, tampak hadir juga Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGBP), Pdt. Socratez Sofyan Yomna, Yosepha Alomang, Direktur Eksekutif Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (YAHAMAK), Sinung aktivis dari KontraS, serta beberapa mahasiswa Papua di Jakarta.

Rakyat Papua Demo Tuntut Pelaku Pembunuhan Di Mile 31 Ditangkap

Ribuan warga West Papua melakukan aksi demo damai di Kantor DPRD Mimika Selasa (2/4) menuntut agar Polisi dan Pemerintah Daerah segera menangkap pelaku pembunuhan rekan mereka, Atimus Mom di lokasih mile 31 PT Freeport Indonesia
Orasi pertama oleh Kepala Suku Amumgme. Dalam orasinya  mengatakan bahwa “kami orang Asli Papua ini bukan Binatang, yang harus dibunuh terus, kami masyarakat kecil ini yang jadi korban terus dari tahun ke Tahun sampai saat ini. Kalian Orang Pendatang datang dari mana,  dulu nenek moyang saya tidak tahu kekerasan begini, dulu kami hidup damai dan tenang tetapi sekarang banyak orang papua mati seperti hewan, jadi kalau kalian bunuh manusia papua terus kalian lebih baik pulang saja”. katanya dalam orasi dengan semangat.

Selain itu mereka menuntut agar pemerintah segera, melakukan pendataan bagi pendulang dan yang tidak ber KTP agar segera angkat kaki dari Timika, karena aksi pembunuhan di lokasi pendulangan mile 31 akibat ulah para pendulang yang sampai saat ini tidak tau keberadaannya karena tidak memiliki identitas lengkap.
Warga West Papua juga menuntut agar lokasi pendulangan emas dari Tembagapura hingga Portsite segera di kosongkan dari para pendulang.
Dan mereka  melakukan aksi demo dengan membawa

kan busur dan anak panah, sebagai alat perang mereka. Selain itu poster-poster bertulisan stop kekerasan di tanah Papua, dan pelaku pembunuhan segera di tangkap.
Aksi demo yang berlangsung di gedung DPRD berjalan aman, dan di terima Ketua DPRD Trifena Tinal, dan para anggora Dewan lainnya seperti Anastasia Tekege,Luther Wakerkwa, Gerson Wandikbo ,Alpius Edoway dan Allo Rafra.
Demo damai yang dilakukan warga Damal ini di jaga ketat aparat Kepolisian, dengan bersenjata lengkap, warga yang memasuki gedung DPRD dikawal aparat kepolsian dari Check Poin 28 menuju Kantor DPRD Mimika.
Situasi sempat memanas saat ketua DPRD mimika mengatakan DPRD saat ini sementara sidang antara Kerukunan Kei, Jawa, Buton serta Kerukunan Tanimbar untuk membahas penyelesaian bentrokan di lokasi pendulangan, sehingga Anggota Dewan tidak harus berbicara banyak terkait aspirasi.
Melihat kondisi itu aparat Kepolisian langsung mengambil ahli dan menenangkan massa dan menyuruh perwakilan warga Damal agar masuk dalam ruangan sidang bersama-sama dengan beberapa tokoh-tokoh Kerukunan yang tergabung dalam masalah di lokasih pendulang di areal PT Freeport Indonesia, guna membahas penyelesaian bentrokan antar pendulang. Sementara warga lainnya diminta untuk pulang ke rumah masing-masing.

Kamis, 28 Februari 2013

Markas OPM digerebek Mabes




Mabes Polri melakukan penggerebekan terhadap markas Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Gunung Bobairo, Kampung Ugibutu, Distrik Paniai Timur, Papua, Senin (25/2/2013).

Informasi tersebut diketahui melalui situs resmi Polri yang diunduh kemarin. Dalam penggrebekan, pihak kepolisian yang dibantu unsur TNI mengejar dua anggota tentara OPM, berinisial DY dan SY.

Penggerebekan dilakukan terkait adanya informasi yang mengatakan adanya kedua anggota kelompok OPM yang berada di sebuah rumah di pinggir kaki Gunung Bobairo. Namun, penggerebekan tersebut tampaknya sudah diketahui oleh kedua anggota OPM tersebut.

Dalam pengejaran dan penyisiran, ditemukan dua orang, yakni Alfon Gobay dan Pen Gobay. Setelah dilakukan penggeledahan pada tas noken yang dibawa Alfon Gobay, ditemukan satu unit HT Motorola lengkap dengan charge, satu butir amunisi SMR dan satu buah HP Nokia dengan dua buah sim card, serta dua tanda pengenal.

Kemudian, dari Pen Gobay ditemukan Kartu Tanda Pengenal, serta satu tas ransel warna hitam dan satu selempang dan anyaman dengan motif Bintang Kejora.

Saat dikonfirmasi Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Mabes Polri Kombes Pol Agus Rianto mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan informasi tentang masalah penggerebekan tersebut. "Kami akan meminta keterangan lebih lanjut terkait informasi tersebut. Kalau sudah dapat akan saya sampaikan ke media,"

Minggu, 10 Februari 2013

PAPUA BARAT: tempur Freedom diblokir dari NZ Parlemen - Greens

 










PAPUA BARAT: tempur Freedom diblokir dari NZ Parlemen - GreensPapua Barat Benny Wenda ... parlemen pintu tertutup di New Zealand. Gambar: TV3Jumat, 8 Februari, 2013Item: 8196
Sungai Sabin, TV3 reporter politikWELLINGTON (Berita TV3 / Pacific Media Watch): Speaker baru The New Zealand Parlemen yang terlibat dalam pertarungan pertama, sebelum ia bahkan telah memiliki sehari penuh di ruang debat.Papua Barat pejuang kemerdekaan Benny Wenda sedang dalam perjalanan ke Selandia Baru, dan sementara ia telah berbicara di parlemen di seluruh dunia, ia tidak akan diizinkan untuk di sini.Wenda adalah karakter berwarna-warni. Dia memulai pembicaraan dengan ucapan tradisional, dan kemudian lagu. Dia telah melakukan ini di seluruh dunia - di Parlemen Inggris, Parlemen Skotlandia, dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.Namun Partai Hijau co-pemimpin Russel Norman mengatakan ia telah diblokir dari berbicara di sini."Benny Wenda telah berbicara di parlemen di seluruh dunia, tapi tampaknya Selandia Baru Parlemen akan menutup pintu."Wenda mengatakan rakyat Papua Barat telah mengalami kekejaman di tangan militer Indonesia.Pada tahun 2002, ia ditangkap untuk mempromosikan kemerdekaan. Setahun kemudian ia melarikan diri penjara dan melarikan diri ke Inggris, di mana ia diberikan suaka politik.Pada tahun 2011, Interpol mengeluarkan peringatan merah atas permintaan pemerintah Indonesia. Tapi tahun lalu, setelah penyelidikan, yang telah dihapus. Itu dianggap bermotif politik.Partai Hijau, Tenaga Kerja dan Mana diterapkan pada David speaker baru Carter memiliki fungsi di sini, di lobi barat, tapi itu ditolak.Buruh MP Maryan Street mengatakan keputusan bertentangan dengan semangat Parlemen."Parlemen adalah persis tempat di mana titik-titik orang pandang harus ditayangkan," katanya.Di masa lalu, Parlemen telah digunakan untuk segala sesuatu mulai dari peluncuran buku Ahmed Zaoui, untuk pernikahan.Namun Hijau mengatakan pemerintah tidak ingin marah orang Indonesia, mitra perdagangan besar."Saya pikir itu cukup jelas Menteri Luar Negeri telah memiliki beberapa pengaruh atas keputusan ini," kata Norman.Wenda akan membawa bersamanya Papua Barat pengacara HAM Jennifer Robinson - yang paling terkenal untuk menjadi penasihat hukum Julian Assange.Fungsi sekarang akan diadakan di seberang jalan dari Parlemen.Kantor Speaker, dan Menteri Luar Negeri tidak akan diwawancarai untuk cerita ini.3 Berita hanya diberitahu fungsi tidak memenuhi pedoman. Tidak ada penjelasan lebih lanjut.

Kata-Kata Semangat Perjuangan



Hidup sekali ! Mati Sekali,
gunakanlah kesempatan yang ada untuk perjuangan.

Jika hanya berdiam tak akan ada perubahan
Lakukan apa yang seharusnya dilakukan,
bahkan ambisi dan egopun dilibatkan dalam perjuangan
Satu Kata, Satu Komando Dan Satu Tujuan
Sejarah adalah pondasimu, masa depan adalah impianmu
Jangan Takut Bicara Papua Merdeka !
Kebenaran Sejarah Akan Terungkap Jika Generasinya Menyadari dan Bertindak
Jangan Berdiam dan biarkan Orang Lain Berjuang.
Kita terbagi karena letak tetapi satu dalam tujuan
Persatuan adalah kekuatan kita.
Sadari diri, hitam kulit keriting rambut za Papua.

West Papua revolution: “Ingatan yang tidak pernah tercecer” !


Catatan ku dari yang telah tercecer
By:  Yatipai

Perbincangan Selengkapnya:

Suatu waktu saya berbincang dengan salah satu tokoh perjuangan Papua Merdeka, waktu itu di tahun 2005. Kami dua berbicang sambil menikmati sejuknya angin disalah satu pegunungan terindah di Vanimo. Ketika  daerah itu semakin sunyi hanya ku dengar suara-suara burung cendrawasih mengelilingi alam setempat. Saya sangat terkejut melihat tokoh pejuang ini karena sejak lama saya mengetahui namanya tetapi belum pernah memandang ia dari dekat. Ia adalah sang pejuang yang telah menjadi almarhum sebagai korban Politik dan Pelanggaran HAM. Aku sapa dia dengan bapak akan tetapi ia mengatakan jangan panggil saya bapak tetapi panggil saya “Kak Wim”. Sangat indah ketika ia katakana sapaan yang aku harus sapa kepada beliau. Dia adalah WILLEM ZONGGONAU.


Sejak pertemuan itu, sayapun berturut-turut mengikuti jejak langkah sang kak politisi yang telah lama bergulat dalam politik Papua Merdeka. Terlepas dari berbagai hal yang melilit di sana, kami temukan sang pejuang ini memang memiliki komitmen yang sangat kuat untuk Kemerdekaan bangsa Papua Barat. Saya sengaja berbincang dengan “Kak Wim” dari sisi cerita yang biasa dan Ia mulai mengulas tentang kepastian nurani dia terhadap Fransalbert Joku. Ia mengatakan Fransalbert Joku bersama kelompoknya pasti akan pulang ke Indonesia sebab waktu itu dokumen rahasia BIN berbasis di Port Moresby telah terbongkar, di mana Fransalbert Joku telah bekerja untuk BIN selama puluhan tahun dan Ia bekerja untuk BIN NKRI jauh sebelum Kongres Rakyat Papua II 2000. Dokumen itu menunjukkan dengan jelas tugas dan tanggungjawab pace Joku, lengkap dengan laporan-laporan yang ia pernah sampaikan. Dalam laporan tersebut telah ia cantumkan beberapa nama tokoh pejuang Papua yang ada di Pasific salah satunya “Kak Wim”.

 Kak Wim bagaimana dengan laporan-laporan seperti itu?

Dengan senyum dan santai saja “Kak Wim” menjawab: "Ade, dalam perjuangan ini ada tiga prinsip utama yang perlu kita pegang, yaitu rumus “tiga C” yaitu Concern, Commitment, dan Consistent.

1. Apa artinya "Concern"?
"Concern" Konsen atau "concern", artinya "memperdulihkan atau peduli " atau lebih tepat "prihatin" sehingga bisa diterjemahkan secara sederhana artinya kita harus Menaruh rasa prihatin dan perduli kepada perjuangan ini. Masalah penderitaan dan perjuangan rakyat Papua haruslah menjadi sebuah "concern" dari seseorang.

Lawan dari "concern" ialah asal-asalan, karena terpaksa, keadaan terpaksa, karena tidak ada pekerjaan lain, karena disuruh, karena kebetulan sehingga tidak didasarkan pada 'panggilan sebagai suatu profesi yang harus menjadi concern pribadi.

Perjuangan untuk sebuah bangsa dan Tanah Air tidak bisa dilakukan dalam rangka mencari muka, dalam rangka mengalahkan sesama, dalam rangka menonjolkan ego. Perbuatan sedemikian hanya menambah rumit masalah yang ada dan Tidak mengurangi untuk menyelesaikan.

Pejuang yang punya "concern", dia akan selalu fokus kepada persoalan yang diketahuinya, dan ia fokus dalam mencari jalan menyelesaikan agar yang memprihatinkan itu menjadi menggembirakan di kemudian hari. Kepribatinan inilah yang melahirkan "commitment."

Tanpa "concern" jarang sekali ada "commitment."

2. Apa lagi arti dari "Commitment"
Anda berkomitmen berarti Anda mempertaruhkan semuanya dan segalanya. Anda sendiri berkeputusan untuk mengambil amanat penderitaan rakyat dan bangsa Papua ke dalam jalan kehidupan Anda. Tidak perduli dengan apapun yang dapat dilakukan NKRI terhadap Anda. Tidak perduli juga dengan apapun yang dikatakan orang Papua sendiri. Apapun kondisinya di Tanah Air, apapun kondisinya di Indonesia, apapun kondisinya di dunia ini, Anda punya suatu keputusan, suatu kebulatan hati dan tekad serta memiliki suatu prinsip bahwa "Lahir Sekali, Hidup Sekali, Mati Sekali!"

Sebuah "concern" mendatangkan "decision" yaitu keputusan. Dan keputusan itu menyangkut apa yang dapat dan hendak Anda lalukan demi pembebasan bangsa Papua Barat dari cengkraman NKRI.

Banyak orang Papua memang memiliki "concern" terhadap kondisi Tanah, Bangsa, Suku dan diri mereka sendiri. Mereka tahu bahwa memang kita harus berbuat sesuatu untuk merubah kondisi saat ini. Semua setuju bahwa pendudukan dan penjajahan NKRI ini sangat kejam dan mematikan baik mematikan secara mental, nalar, pandangan hidup, etnis, ras, agama, suku-bangsa dan dari berbagai aspek telah diketahui sangat merugikan selama berada bersama NKRI. Akan tetapi belum tentu semua orang “berkomitmen” untuk mengambil tindakan atau langkah untuk mengubah kondisi yang memprihatinkan itu.

Kemudian ia mengatakan dik yang terakhir ialah "Consistent"

3. Apa artinya "Consistent"?
Consistent atau "tetap teguh" atau "tidak berubah-ubah" atau "tidak bergeser".

Pejuang yang "konsisten" biasanya akan kelihatan. Limapuluh Tahun lalu Anda bertemu dia, Sepuluh Tahun lalu, Lima Tahun lalu, Setahun lalu, Sebulan lalu, Seminggu lalu, sejam lalu, ia tetap sama sebagai seorang Papua, sama sebagai seorang pejuang, sama sebagai seorang yang berkomitmen untuk kemerdekaan West Papua berdasarkan "concern" yang sejak lama ia miliki.

Konsisten juga tidak hanya dalam hal pendirian pribadi, tetapi juga dalam hal menganut ideologi politiknya dan dalam hal mengikuti organisasi yang memperjuangkan misi dan visinya.

Bangsa Papua selalu disuguhi dengan isu faksi, pecah-belah, saling mengkleim, saling menyalahkan dan bahkan saling membunuh. Kebiasaan saling kleim terus saja berlanjut. Makanya tidak heran tanah dan bangsa Papua punya banyak sekali Presiden, banyak organisasi, banyak nama negara, banyak Perdana Menteri, banyak Panglima Tertinggi, dan seterusnya dan sebagainya.

Mengapa ini semua terjadi?

Kalau bukan karena orang Papua tidak tahu berjuang secara "consisten" alasan apa lagi? Mungkin karena kita terbiasa dalam mengarungi sungai dan laut, selama beberapa jam kita biarkan perahu ikut arus, sekali-sekali kita dayung ke arah tujuan kita, sebentar lagi kita lepas mendayung, memberi waktu kepada arus atau ombak untuk mencermati, lalu kita mendayung lagi. Mungkin itu sebabnya orang Papua menjadi mirip dengan bangsa "bunglon," di mana saja dia berada dia menjadi sama dengan keadaan tempat dia berada.

Kita sudah banyak menyaksikan tanah dan bangsa ini punya nama Negara dan Bendera Negara bermacam-macam. Kita juga disuguhkan dengan berbagai trik dan gelagat saling merebut. Inilah yang disebut penulis Papua sebagai "politik buru-pungut" (hunter-gathering-politics] karena kita hanya pungut apa yang ada di alam semesta. Kita pungut apa yang disediakan orang barat, yang disediakan NKRI, yang disediakan alam-semesta, yang disediakan malaikat, yang disediakan setan, semuanya kita buru dan pungut.

Semuanya terjadi karena perjuangan ini tidak dijalankan dengan "comitment" yang terfokus dan terkonsentrasi. Orang Papua yang berkonsentrasi, dia tahu apa yang dilakukannya, apa yang harus dilakukannya, apa yang telah dilakukan, dan apa yang belum dilakukan, apa yang dapat dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Apapun wacana NKRI, apapun ancaman TNI/Polri, apapun dukungan yang diberikan dunia Internasional, apapun itu, dia tetap terfokus kepada "bidikannya", karena dia tidak mau terganggu konsentrasinya gara-gara gangguan yang datang dari berbagai pihak  dengan segudang kepentingannya.

Itulah adik sepintas cerita yang kakak bagi buat adik dengan teman-teman yang akan mengikutinya dan akan anda bawah mereka dalam garis merah yang kak rintis sejak saya duduk di Komite Nasional Papua [KNP] pada tahun 1961.

Catatan yang tercecer itu ku tuliskan kembali bahwa: Para pejuang Papua Merdeka yang tidak memiliki rumus “tiga c” terlihat jelas dengan perilaku-perilakunya seperti:

-Mudah dipengaruhi oleh siapa saja meskipun itu Lawan dan Kawan.

-Memiliki banyak kesibukan sambil menjalankan kegiatan perjuangan Papua Merdeka

-Bahan dan pokok pembicaraan yang sedang ia kemas dan jalankannya bagaikan ia sedang makan pinang. Artinya "ada kapur, ada sirih, ada pinang, ada biji pinang, ada kulit pinang". Setelah dimakan semua kedalam yang keluar dari mulutnya berwarna merah karena isi mulutnya bercampuran. Bukan lagi warna kapur, warna sirih dan bukan bukan lagi warna pinang.

Demikianlah orang-orang yang berjuang atas nama Papua Merdeka tetapi sebenarnya mereka melakukan itu hanya karena tidak ada "concern" atas penderitaan, amanat dan kondisi bangsa dan Tanah Papua.

Refleksi:
Apakah Anda bagian dari orang Papua dan pejuang Papua Merdeka dengan memiliki rumus “tiga c” atau tidak memiliki rumus “tiga c?  Silahkan Renungkan kembali !


Selamat Berjuang
Papua Merdeka !

Jumat, 08 Februari 2013

Hari ini Sidang Pembacaan Surat Dakwaan ke-6 Aktifis KNPB Wilayah Timika


Aktifis KNPB Timika
Timika-KNPBNews: Hari ini, 07 Februari 2013, Sidang Ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika dilakukan dibawa pengawalan ketat dari Kepolisian Resort Mimika, di Pengadilan Negeri  Timika Jl.Yos sudarso, Sempan Timika-Papua Barat.
Kronologis singkatnya adalah sebagai berikut:
Kunjungan Ketua Umum Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bukthar Tabuni di Timika.
Pada tanggal, 06 Februari 2013 jam 9.50 WPB, Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP) Bukthar Tabuni tiba di Bandara Moses Kilangan, Timika-Papua Barat dan perjalanannya langsung menuju ke Polres Mile 32 untuk ketemu dengan Kapolres dengan Ketua Kejaksaan Negeri Timika, setelah itu perjalannya menuju ke Lembaga Pemasyaratan (LP) SP V Timika-Papua Barat untuk ketemu ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika yang ada dalam penjara.
Sekitar jam 10.50 WPB, Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bukthar Tabuni ketemu dengan ke-6 aktifis KNPB dan dia berpesan jangan menyerah tetap berjuang “Tetap semangat dalam perjuangan,” katanya dengan semangat  yang berkobar-kobar.
Mantan Ketua Umum Komite Nasional  Papua Barat (KNPB) Pusat ini juga menyampaikan bahwa dalam perjuangan ini ada tiga resiko yang di terima oleh Pejuang Papua Merdeka yaitu, 1. DPO (Daftar Pencari Orang, 2. Masuk penjara dan 3. Di tembak mati, “kamu beruntung, kamu tidak ditembak mati.” Katanya dengan tertawa panjang.
Dan Bukthar Tabuni, yang biasa masuk keluar di dalam penjara ini juga memberikan pengalaman hidup dalam penjara, kamu ada dalam penjara kecil, kalau kamu keluar kamu masuk dalam penjara besar  “Dalam penjara kecil ini segalanya disediakan, air,makan, minum tempat tidur tetapi kamu keluar makan susa, minum lagi susa, jalan lagi susa, bikin kebun lagi susa dan segala sesuatu kamu susa jadi penjara besar ada di luar,” dan Bukthar juga mengutip bahasa Filep Karma dalam penjara “Dalam penjara itu Istana Papua Merdeka.” Kata Bukthar Tabuni menyiru perkataan Filep Karma. Setelah itu Bukthar Tabuni kembali ke Timika dan hari ini tanggal 7 Februari 2013 kembali ke Jayapura.
Persidangan ke-6 Aktifis KNPB Wilayah Timika
Hari ini persidangan ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika berlangsung aman, tertib dan damai sekalipun masa KNPB bersama keluarga turun mengaksikan persidangan ini juga di kawal ketat oleh kepolisian.
Sebelum persidangan di mulai sekitar jam 12.35 WPB, Ibadah singkat di pimpin oleh Pdt. Deserius Adii, S.Th. dalam khotbahnya yang terambil dalam 2 Korintus, 5:10. Di dalam khotbahnya mengatakan bahwa “Segala Bangsa akan menghadap pengadilan Kristus, pengadilan dalam dunia hanya symbol tetapi pengadilan Kristus untuk berlaku segala bangsa akan datang, dimana Yesus sendiri menjadi Hakim untuk menghami segala bangsa. Pengadilan dunia bisa ditipu, diputar balikkan fakta tetapi pengadilan Kristus diadili secara jujur, adil sesuai perbuatan masing-masing orang” Urainya dalam khotbah.
Persidangan untuk Pembacaan Surat Dakwaan di bacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan nomor registerasi perkara : PDM-2/TMK/Ep.2/01/2013, surat ini untuk Yakonias Womsiwor, Paulus Maryom, Alfret Marsyom, Steven Itlay dan Romario Yatipai dengan dakwaan membuat panah wayar  adat  Orang Biak, dan dikenakan dengan pasal pidana dalam pasal 106 KUHP Jo pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP; dan nomor registerasi perkara yang kedua : PDM-03/TMK/Ep.2/01/2013, surat ini untuk Yanto Awerkion dengan dakwaan Dopis untuk ikan atau bom ikan adat orang Pantai, dan dikenakan pasal pidana dalam Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 tahun 1951 Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sidang Pembacaan Dakwaan berakhir sekitar pukul 2.50 WPB dan sidang lanjutan akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2013 mendatang.

Senin, 04 Februari 2013

PERJALANAN AUKI TEKEGE (MEE)


Auki Tekege, Pembawa Terang Bagi Masyarakat Koteka

Auki sebagai salah satu tokoh diantara sekian banyak tokoh yang telah membuka pagar Allah yang dibuat secara bertahap di tanah Papua dengan dorongan roh kudus. Tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah pembukaan pagar Allah di tanah Papua ialah Ottouw dan Geisller di Mansinam Manokwari (Papua Utara) pada tahun 1855, Ardmanville d’cock di Kokonao (Papua Selatan) pada tahun 1902, Auki Tekege (1932-1934) dan dan lain-lain sebagainya.
Pada zaman simbiotik, banyak orang dari timur mengembara ke bagian barat pegunungan pusat. Salah satu marga yang pindah dari sekitar danau Tage ke Mapia adalah marga Tekege. Adalah Obasso Tekege, adik bungsu dari tiga bersaudara melarikan diri dari Tage (dimiya) ke Mapia karena bagian daging burung yang diinginkannya tidak diberikan oleh kedua kakaknya sehingga Obasso mengembara ke Tigi, pindah lagi ke Idadagi masuk daerah Mapia, menetap di Maymapa dan tidak lama kemudian pindah ke Modio. Keturunan Obasso sebagai berikut; Dodota, Menani, Wateisa, Mootoo, Memaha, Beneika, Siwaika, Bidahai dan Bedoubainawi (dikenal Auki).
Disebut Bedoubainawi karena semasa muda, Bedoubainawi mempunyai hoby berburu burung (Bedo = burung, ubai = cari, nawi = jalan). Sehingga ia sudah mengoleksi berbagai jenis burung. Sebagian besar dari burung yang dikoleksi adalah burung Cenderawasih. Bedoubainawi rupanya mempunyai maksud tertentu dibalik kegiatan koleksi burung Cenderawasih. Ia sering kali berjanji kepada masyarakatnya bahwa pada suatu saat ia akan menghadirkan Ogai-pii (dunia modern). Menginjak usia dewasa, Bedoubainawi mulai berburu keluar daerah Modio. Daerah yang sering dilalui adalah daerah Isago-doko (diantara Mapia dengan Kokonao). Di Isago ia berkenalan dengan seorang pemuda bernama Ikoko Nokuwo. Sering mereka berdua berjualan hasil bumi kepada orang-orang Kamoro (pantai selatan), dan diganti dengan kulit bia (mege = alat pembayaran), sambil latihan bahasa Kamoro. Kepala suku Kamoro dengan kepala perangnya sangat dikenal baik. Hari demi hari mereka dua mulai belajar bahasa Kamoro dan akhirnya menjadi fasih.
Bedoubainawi sudah lupa lagi dengan kampung kelahirannya di Modio. Namun pada suatu saat ia kembali ke kampung Modio tanpa membawah sesuatu apapun. Kedatangannya tidak disenangi masyarakat Modio yang ditinggalkan bertahun-tahun. Orang-orang Modio bertanya kepada Bedoubainawi “dimana ogaipii yang dari dulu kamu janji?“. Akhirnya masyarakat Modio memanggil TAPEHAUGI yang artinya orang yang tidak beruntung. Pada waktu itu hampir seluruh daerah Mapia terjadi perang. Perang itu terjadi antar klan/marga dan kampung akibat pencurian, perzinahan yang berbuntut pada pembunuhan yang sifatnya melanggar hukum Tota Mana. Sistem sangsi hukum pun tidak berlaku, hanya nyawa ganti nyawa. Dengan kata lain kebenaran-kebenaran itu semakin hilang.
Tapehaugi hampir setiap hari berpikir, bagaimana caranya sehingga masyarakat bisa hidup aman, damai dan rukun berdasarkan ajaran-ajaran Kabo mana dan Tota mana. Pada suatu hari Tapehaugi memutuskan pergi mengunjungi rekannya Ikoko Nokuwo di daerah Isago. Awal tahun 1930 Tapehaugi bersama istrinya Kesaimaga Gobay mulai berjalan menuju pantai selatan. Selama satu minggu mereka berjalan dari Modio bermalam di Mokobike, Boubaga, Dikitinai hingga di kampung Bidau. Dikampung Bidau ia bertemu Ikoko Nokuwo dan masyarakatnya bermarga Gabou-Kahame. Dari Bidau mereka menuju Wagikunu. Esoknya mereka menuju kampung Dowudi dan malam ketujuh mereka sampai di kampung Makaihawido. Di kampung itu Tapehaugi menetap lama dan membuat rumah.
Tak lama kemudian mereka pergi menjual hasil buminya ke Ugoubado (Pronggo) untuk ditukarkan dengan hasil bumi dari pantai. Sampai di Ugoubado mereka masuk dirumah kepala suku Kamoro. Pada malam hari Kepala Suku Kamoro menceritakan tentang orang-orang barat yang sedang mewartakan Injil di daerah Kokonao. Tapehaugi sangat tertarik dan ingin berjumpa dengan para misionaris tersebut. Namun Kepala Suku Kamoro itu tidak menceritakan dimana keberadaan para misionaris itu. Tapehaugi mengetahui maksud hati Kepala Suku dan berjanji setelah tiga bulan Tapehaugi dan rombongannya akan membawah hasil buruan dan makanan. Janji Tapehaugi diterima baik oleh Kepala Suku Kamoro.
Tiga bulan kemudian Tapehaugi bersama rombongannya membawah 40 ekor burung Cenderawasih (tune mepiha) yang sudah dikeringkan sebelumnya, ditambah makanan dan tembakau. Orang Kamoro pun sudah mempersiapkan kulit bia, 40 buah kampak batu (maumi) dan hasil laut lain sesuai perjanjian. Setelah pertukaran barang selesai, Kepala Suku Kamoro berjanji akan membawah para misionaris untuk berkenalan dengan Maihora (panggilan orang Kamoro kepada Tapehaugi). Dengan hati yang senang dan gembira Tapehaugi bersama rombongannya kembali ke Wagikunu.
Pada suatu hari sementara Tapehaugi sedang membuat kebun, tiba-tiba istrinya Kesaimaga memanggil: “Ke-ke..tobouga-gogo wake, akogeima kedeke kamena keino owegaimi”. Artinya ‘’hai orang Tobousa, jangan melamun, sahabat-sahabatmu sedang datang, mari jemput mereka”. Tapehaugi pun bergegas menjemput mereka. Sesampai dirumah ia berpapasan dengan orang-orang berkulit putih persis seperti anak yang baru lahir (detamagawa). Kepala suku Kamoro berkata kepada Auki: “Maihoga, inilah orang-orang yang mewartakan kabar gembira”. Maka mereka saling berkenalan satu sama lain. Orang-orang berkulit putih itu antara lain Pater Tillemans MSC dan dr Bijmler. Pada kesempatan itu tepat bulan April 1932. Tapehaugi menceritakan, “dibelakang gunung sana, orang seperti saya banyak, saya minta supaya kabar Injil diwartakan kepada rakyat saya yang berada dibalik gunung sana”, ungkap Tapehaugi berharap. Pater Tillemans berjanji setelah tiga tahun dirinya akan datang menuju Modio – Mapia. Selanjutnya Tapehaugi bersama istrinya kembali ke Modio.
Dalam perjalanan pulang, Tapehaugi mendapat nama baru dari seorang Malaikat di kampung / gunung Mokobike (Mouhago). Nama yang diberikan adalah AUKI – artinya laki-laki yang hebat dalam nada keheranan. Sesampainya di Modio, Auki menceritakan perjalanannya ke Kokonao termasuk nama yang baru diberikan itu. Orang-orang yang turut mendengar cerita Auki antara lain Minesaitawi Tatago, Metegaibi Kedeikoto, Dakeugi Makai dan teman sedawar lain yang masih hidup pada masa itu.
Pada tanggal 21 Desember 1935, P. Tillemans yang mengikuti Bijmler Ekspedisi menuju Modio. Setelah lima hari perjalanan, pada tanggal 26 Desember 1935 rombongan P. Tillemans dan Tuan Bijmler tiba di Modio. Pada waktu itu Ikoko Nokuwo memakai topi yang dibuat dengan rotan. Mereka disambut dengan Tupi Wani (Kapauku Folkdance) dan dipotong dua ekor babi sebagai pengucapan syukur atas kehadiran dua orang barat tersebut.
Selanjutnya Auki memerintahkan kepada Minesaitawi Tatago dan Dakeugi Makai untuk memanggil seluruh pimpinan masyarakat (Tonawi) yang ada diseluruh pedalaman Paniai. Sepuluh hari kemudian, para Tonawi tersebut tiba dengan rombongannya dengan membawa babi untuk pesta perdamaian [tapa dei]. Mereka yang turut hadir pada waktu itu antara lain Zoalkiki Zonggonao dan Kigimozakigi Zonggonau dari Migani, Gobay Pouga Gobay dari Paniai, Itani Mote dan Timada Badi dari Tigi, Papa Goo dari Kamu, Tomaigai Degei dari Degeuwo, Pisasainawi Magai dari Piyakebo, Dekeigai Degei dari Putapa, Enagobi Gobai dari Pogiano, Tubasawi Tebay dari Toubay, Mote Pouga Mote dari Adauwo dan Dakeugi Makai dari Pisaise, dll.
Pada tanggal 7 Januari 1936, Pater Tillemans memimpin Misa Kudus dan membuka Injil diatas batu didepan rumah Bapak Auki. Itulah misa pemberkatan pertama di kampung Modio. Setelah misa kudus, dilanjutkan dengan doa perdamaian (tapa dei) yang dipimpin oleh Auki. Dalam doa inti Auki meminta Minesaitawi dan Dakeugi untuk membunuh dua ekor babi yang telah dipersiapkan (Sabakina dan Bunakina). Ketika membunuh bunakina (babi hitam) Minesaitawi berkata: Aki mogaitaitage Mee (bagi yang akan berbuat zinah), aki oma nai tage Mee (bagi yang akan mencuri), aki pogo goutage Mee (bagi yang akan membunuh), aki Mee ewegaitage Mee (bagi yang akan menceritakan orang lain), aki pusa mana bokouto Mee (bagi yang akan menipu) kou ekinama dani kategaine. Artinya:saya samakan kamu yang akan melanggar ajaran Tota Mana dengan babi yang saya bunuh agar tidak terulang lagi.” Selanjutnya Dakehaugi membunuh babi putih yang sudah diikat di Pohon Otika. Setelah itu Dakehaugi memotong pohon Otika dan mengeluarkan darah merah pertanda persembahan diterima.
Setelah upacara perdamaian selesai, rombongan Pater Tillemans kembali ke Kokenau dan melaporkan perjalanan kepada Pimpinan Gereja di Langgur (Ambon) dan Pemerintah Hinda Belanda bahwa dipedalaman Paniai ada manusia. Laporan itu diketahui Assisten Residen Fakfak dan Bestuur Assisten di Kaimana dan meminta Pilot Letnan Dua Laut Ir. F. Jan Wissel untuk menelusuri daerah Pegunungan. Pada awal bulan Februari 1937 Pilot Wissel terbang dari Utara (Serui = Geelvink) ke arah Selatan (Babo) menggunakan pesawat Sikorsky milik perusahaan Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschapij (NNGPM) dan menemukan tiga buah danau dan perkampungan disekitar danau itu. Sejak saat itu danau Paniai, danau Tage dan danau Tigi dikenal Wisselmerren (bahasa Belanda artinya danau-danau Wisel). Selanjutnya pada bulan April 1938 P. H. Tillemans MSC ikut Ekspedisi Van Eachoud menuju Enarotali untuk membuka pos-pos pelayanan sekaligus menemui Tonawi-Tonawi yang sudah dikenal jauh sebelumnya di Modio, 1936.
Berita adanya manusia di Pedalaman Paniai didengar pula oleh Pendeta R. A. JAFFAR. Akhir tahun 1937 Pdt. R. A. Jaffar mengajukan permohonan dan meminta ijin kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk membuka penginjilan di daerah pedalaman Paniai dan permohon tersebut dikabulkan. Dari Makasar beliau berangkat menuju Bumi Cenderawasih untuk melihat secara langsung keadaan penduduk disana. Selanjutnya Pdt. R. A. Jaffar mengutus Pdt. Walter Post dan Pdt. Russel Dabler untuk merintis daerah pedalaman Paniai. Sesampai di Uta mereka berdua dijemput Yineyaikawi Edowai dan menuju daerah Paniai melalui sungai Yawei. Begitu tiba mereka bermalam di rumah Itani Mote di Yaba (Waghete).
Tahun-tahun berikutnya berturut-turut didatangkan penginjil-penginjil muda seperti Sam Pattipeiloi dari Ambon, Poltak Saragih asal Tapanuli dan Paja asal Kalimantan Timur bersama 20 orang dari Kalimantan Timur meninggalkan Makasar pada 5 Maret 1939. Mereka tiba di bumi Cenderawasih pada 20 April 1939. Berikut tahun 1941 datang pula beberapa lulusan SAM pada route yang sama yaitu Ch. D. Paksoal, P. Pattipeiloi, C. Akhiary (Ambon Sanger Talaut), Ajang Lajang, Salim dan Teringan asal Kalimantan Timur. Dari kalangan gereja Katolik datang pula beberapa guru-guru muda seperti Andreas Matorbongs ditempatkan di Enarotali, gr Meteray di Kugapa dan Petrus Letsoin di Yaba.
Segera sesudah itu perang dunia kedua meletus dan seluruh pelayanan misi dan zending diberhentikan. Beberapa misionaris dan pemerintah Belanda diinternir oleh tentara Jepang. Salah satu surat yang dilayangkan berbunyi: “Als de kontreleurs en de Pastoors zich niet aan de Japanners overgeven, hebben nedaar voor reeds twee grote kapmessen gereedliggen, een voor de pastoor en een voor mij”. Artinya jika pemerintah dari Belanda dan Pater tidak menyerahkan diri kepada pemerintah Jepang, mereka akan dipenggal kepalanya. Orang-orang Jepang telah menyediakan dua buah pisau besar, satu untuk penggal kepala para pastor, dan satu untuk saya (de Bruijn).
Mendengar informasi ini, para misionaris dan Pemeritah Belanda segera disembunyikan oleh orang-orang pedalaman di beberapa tempat seperti Komandoga, Siriwo dan Pegaitakamai. Orang-orang yang disembunyikan di Pegaitakamai antara lain Pater Tillemans, dr Rubiono dan DR. J.V. de Bruijn. Di gunung ini dokter Rubiono yang mengikuti kedua orang barat itu menemukan seorang bayi kecil (tuan tanah) dan disembunyikan dalam tas. Menurut orang Mapia hingga saat ini, dokter Rubiono adalah Ir Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama. Walaupun dalam dokumen-dokumen sejarah Suku Me dan daerah sekitarnya tidak pernah disebut nama Soekarno, kecuali nama dr Rubiono dan Adang Rusdy, seorang operator Radio Belanda – dan juga Ir Soekarno sebelum tahun 1945 belum pernah injak daerah pedalaman Irian.
Tak lama kemudian pada bulan Agustus dan September 1942 tentara Jepang masuk ke daerah Paniai melalui Uta ke Oraya terus ke Enarotali. Cengkeraman kekuasaan Jepang di Paniai menyebabkan HPB de Bruijn terpaksa mengungsi ke Australia. Dalam pengungsian ini, ikut serta 26 pemuda Ekagi dan Migani. Mereka adalah Markus Yeimo, Piter Kadepa, Bernadus Gobay, Petrus Gobay, Kornelis Madai, Obeth Takimai, Erenius Mote, Yoakim Mote, Dominggus Mote, Bernadus Mote, Markus Goo, Kosmos Ekee dan Animalo Adi. Dari Merauke ada beberapa yang masuk polisi seperti Manatadi Gobay, Kaimodi Yogi, Bintang Gobay, Paulus Madai dan Yoseph Yeimo. Sedangkan yang lain masuk Batalyon Papua yang dibentuk tentara Sekutu untuk memerangi sisa-sisa tentara Jepang. Sementara itu, de Bruijn membawah tiga pemuda Ekagi ke Australia, masing-masing Karel Gobay, Zakeus Pakage dan Ikoko Nokuwo. Sementara itu Pater H. Tillemans dan dr. Rubiono bersama beberapa guru lainnya, berangkat dari Mapia menuju Enarotali untuk menunggu pesawat menuju Merauke. Di Enarotali P Tillemans dan rombongannya disembunyikan di gunung Bobaigo. Di gunung ini, dr Rubiono menangkap burung Garuda (Imu = penjaga gunung, menurut orang Mee).
Pada tanggal 24 Mei 1943 P Tillemans MSC dan rombongannya berangkat dengan pesawat terbang dari Enarotali ke Merauke. Dua hari setelah keberangkatan mereka, daerah Paniai dan sekitarnya diduduki oleh tentara Dai Nippon. Usai perang dunia kedua, misionaris dan zending kembali ke daerah Paniai dengan membawah tenaga-tenaga guru, suster, Pater untuk membangun daerah yang telah “dipagari Allah”. Dari Misi seperti Gerardus Ohoiwutun dan Bartholomeus Welerebun di Enarotali.

Sabtu, 02 Februari 2013

Sejarah Sinkat Danau pania

Danau Paniai :  adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Paniai, Papua atau secara administratif terletak di distrik Paniai Timur. Danau Paniai yang kesohor memiliki panorama alam yang rancak, alami, dan terawat dengan baik. Keindahan Danau Paniai diakui oleh utusan dari 157 negara ketika berlangsungnya Konferensi Danau Se-Dunia yang dihelat di India pada tanggal 30 November 2007.









Pada awalnya, Danau Paniai beserta Danau Tigi dan Danau Tage dinamakan Wissel Meeren. Penamaan ini dinisbatkan kepada orang yang pertama kali menemukan ketiga danau cantik tersebut pada tahun 1938, yaitu seorang pilot berkebangsaan Belanda bernama Wissel. Pada saat itu, Wissel terbang melintasi pegunungan Pulau Irian dan melihat tiga danau yang memiliki pemandangan yang indah. Karena terpesona dengan keindahannya, Wissel memutuskan untuk mendarat dan menikmati eksotisme ketiga danau tersebut dari dekat. Bahkan, pada masa kolonial Belanda, nama Wissel Meeren lebih populer ketimbang Paniai. Wissel Meeren berasal dari bahasa Belanda yang memiliki arti danau-danau Wissel.
Luas Danau Paniai yang mencapai 14.500 hektar memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk memilih lokasi yang sesuai dengan keinginannya ketika berekreasi ke danau tersebut. Terdapatnya bebatuan dan pasir di tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing yang lumayan tinggi, menambah daya tarik objek wisata andalan Kabupaten Paniai ini.
Sebagaimana sebagian besar topografi Kabupaten Paniai yang berada di wilayah pegunungan dan perbukitan yang berhawa sejuk, Danau Paniai pun terletak di daerah ketinggian, yaitu sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, Danau Paniai menyimpan aneka jenis ikan air tawar dan udang. Ikan nila (oreochromis niloticus), ikan mujair (oreochromis mossambicus), ikan mas/ikan karper (cyprinus carpio), ikan sembilan hitam, dan ikan belut (synbranchus) adalah di antara jenis ikan yang dapat dijumpai di danau ini. Sedangkan ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayamaruensis) merupakan biota Danau Paniai yang sering dicari oleh para nelayan dan hobiis ikan hias karena bernilai ekonomi tinggi. Bila beruntung, di Danau Paniai wisatawan dapat melihat udang endemik Papua yang kini sudah mulai langka, yaitu udang selingkuh (cherax albertisii). Dinamakan demikian karena udang tersebut memiliki capit/jepit besar seperti halnya kepiting. Sampai saat ini, setiap orang yang berkunjung ke Tanah Papua, terutama ke Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, senantiasa mencari udang selingkuh sebagai menu untuk bersantap.