Refleksi: Jangan Terlena "Kau Papua", Bangsamu Sedang Mati!
-
Saya sebagai orang Melayu, yg lahir di Jakarta, yg mempelajari ilmu-ilmu
sosial dan belum lama tinggal di Papua ini sedang melihat kamu terlena
tetapi s...
Kamis, 28 Februari 2013
Minggu, 10 Februari 2013
PAPUA BARAT: tempur Freedom diblokir dari NZ Parlemen - Greens
PAPUA BARAT: tempur Freedom diblokir dari NZ Parlemen - GreensPapua Barat Benny Wenda ... parlemen pintu tertutup di New Zealand. Gambar: TV3Jumat, 8 Februari, 2013Item: 8196
Sungai Sabin, TV3 reporter politikWELLINGTON (Berita TV3 / Pacific Media Watch): Speaker baru The New Zealand Parlemen yang terlibat dalam pertarungan pertama, sebelum ia bahkan telah memiliki sehari penuh di ruang debat.Papua Barat pejuang kemerdekaan Benny Wenda sedang dalam perjalanan ke Selandia Baru, dan sementara ia telah berbicara di parlemen di seluruh dunia, ia tidak akan diizinkan untuk di sini.Wenda adalah karakter berwarna-warni. Dia memulai pembicaraan dengan ucapan tradisional, dan kemudian lagu. Dia telah melakukan ini di seluruh dunia - di Parlemen Inggris, Parlemen Skotlandia, dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.Namun Partai Hijau co-pemimpin Russel Norman mengatakan ia telah diblokir dari berbicara di sini."Benny Wenda telah berbicara di parlemen di seluruh dunia, tapi tampaknya Selandia Baru Parlemen akan menutup pintu."Wenda mengatakan rakyat Papua Barat telah mengalami kekejaman di tangan militer Indonesia.Pada tahun 2002, ia ditangkap untuk mempromosikan kemerdekaan. Setahun kemudian ia melarikan diri penjara dan melarikan diri ke Inggris, di mana ia diberikan suaka politik.Pada tahun 2011, Interpol mengeluarkan peringatan merah atas permintaan pemerintah Indonesia. Tapi tahun lalu, setelah penyelidikan, yang telah dihapus. Itu dianggap bermotif politik.Partai Hijau, Tenaga Kerja dan Mana diterapkan pada David speaker baru Carter memiliki fungsi di sini, di lobi barat, tapi itu ditolak.Buruh MP Maryan Street mengatakan keputusan bertentangan dengan semangat Parlemen."Parlemen adalah persis tempat di mana titik-titik orang pandang harus ditayangkan," katanya.Di masa lalu, Parlemen telah digunakan untuk segala sesuatu mulai dari peluncuran buku Ahmed Zaoui, untuk pernikahan.Namun Hijau mengatakan pemerintah tidak ingin marah orang Indonesia, mitra perdagangan besar."Saya pikir itu cukup jelas Menteri Luar Negeri telah memiliki beberapa pengaruh atas keputusan ini," kata Norman.Wenda akan membawa bersamanya Papua Barat pengacara HAM Jennifer Robinson - yang paling terkenal untuk menjadi penasihat hukum Julian Assange.Fungsi sekarang akan diadakan di seberang jalan dari Parlemen.Kantor Speaker, dan Menteri Luar Negeri tidak akan diwawancarai untuk cerita ini.3 Berita hanya diberitahu fungsi tidak memenuhi pedoman. Tidak ada penjelasan lebih lanjut.
Kata-Kata Semangat Perjuangan
Hidup sekali ! Mati Sekali,
gunakanlah kesempatan yang ada untuk perjuangan.
Jika hanya berdiam tak akan ada
perubahan
gunakanlah kesempatan yang ada untuk perjuangan.
Lakukan apa yang seharusnya
dilakukan,
bahkan ambisi dan egopun dilibatkan dalam perjuangan
bahkan ambisi dan egopun dilibatkan dalam perjuangan
Satu Kata, Satu Komando Dan Satu
Tujuan
Sejarah adalah pondasimu, masa depan adalah impianmu
Sejarah adalah pondasimu, masa depan adalah impianmu
Jangan Takut Bicara Papua Merdeka !
Kebenaran Sejarah Akan Terungkap Jika Generasinya Menyadari dan Bertindak
Jangan Berdiam dan biarkan Orang Lain Berjuang.
Kebenaran Sejarah Akan Terungkap Jika Generasinya Menyadari dan Bertindak
Jangan Berdiam dan biarkan Orang Lain Berjuang.
Kita terbagi karena letak tetapi
satu dalam tujuan
Persatuan adalah kekuatan kita.
Sadari diri, hitam kulit keriting
rambut za Papua.
West Papua revolution: “Ingatan yang tidak pernah tercecer” !
By: Yatipai
Perbincangan Selengkapnya:

Suatu waktu saya berbincang dengan salah satu tokoh perjuangan Papua Merdeka, waktu itu di tahun 2005. Kami dua berbicang sambil menikmati sejuknya angin disalah satu pegunungan terindah di Vanimo. Ketika daerah itu semakin sunyi hanya ku dengar suara-suara burung cendrawasih mengelilingi alam setempat. Saya sangat terkejut melihat tokoh pejuang ini karena sejak lama saya mengetahui namanya tetapi belum pernah memandang ia dari dekat. Ia adalah sang pejuang yang telah menjadi almarhum sebagai korban Politik dan Pelanggaran HAM. Aku sapa dia dengan bapak akan tetapi ia mengatakan jangan panggil saya bapak tetapi panggil saya “Kak Wim”. Sangat indah ketika ia katakana sapaan yang aku harus sapa kepada beliau. Dia adalah WILLEM ZONGGONAU.
Sejak pertemuan itu, sayapun berturut-turut mengikuti jejak langkah sang kak politisi yang telah lama bergulat dalam politik Papua Merdeka. Terlepas dari berbagai hal yang melilit di sana, kami temukan sang pejuang ini memang memiliki komitmen yang sangat kuat untuk Kemerdekaan bangsa Papua Barat. Saya sengaja berbincang dengan “Kak Wim” dari sisi cerita yang biasa dan Ia mulai mengulas tentang kepastian nurani dia terhadap Fransalbert Joku. Ia mengatakan Fransalbert Joku bersama kelompoknya pasti akan pulang ke Indonesia sebab waktu itu dokumen rahasia BIN berbasis di Port Moresby telah terbongkar, di mana Fransalbert Joku telah bekerja untuk BIN selama puluhan tahun dan Ia bekerja untuk BIN NKRI jauh sebelum Kongres Rakyat Papua II 2000. Dokumen itu menunjukkan dengan jelas tugas dan tanggungjawab pace Joku, lengkap dengan laporan-laporan yang ia pernah sampaikan. Dalam laporan tersebut telah ia cantumkan beberapa nama tokoh pejuang Papua yang ada di Pasific salah satunya “Kak Wim”.
Kak Wim bagaimana dengan laporan-laporan seperti itu?
Dengan senyum dan santai saja “Kak Wim” menjawab: "Ade, dalam perjuangan ini ada tiga prinsip utama yang perlu kita pegang, yaitu rumus “tiga C” yaitu Concern, Commitment, dan Consistent.
1. Apa artinya "Concern"?
"Concern" Konsen atau "concern", artinya "memperdulihkan atau peduli " atau lebih tepat "prihatin" sehingga bisa diterjemahkan secara sederhana artinya kita harus Menaruh rasa prihatin dan perduli kepada perjuangan ini. Masalah penderitaan dan perjuangan rakyat Papua haruslah menjadi sebuah "concern" dari seseorang.
Lawan dari "concern" ialah asal-asalan, karena terpaksa, keadaan terpaksa, karena tidak ada pekerjaan lain, karena disuruh, karena kebetulan sehingga tidak didasarkan pada 'panggilan sebagai suatu profesi yang harus menjadi concern pribadi.
Perjuangan untuk sebuah bangsa dan Tanah Air tidak bisa dilakukan dalam rangka mencari muka, dalam rangka mengalahkan sesama, dalam rangka menonjolkan ego. Perbuatan sedemikian hanya menambah rumit masalah yang ada dan Tidak mengurangi untuk menyelesaikan.
Pejuang yang punya "concern", dia akan selalu fokus kepada persoalan yang diketahuinya, dan ia fokus dalam mencari jalan menyelesaikan agar yang memprihatinkan itu menjadi menggembirakan di kemudian hari. Kepribatinan inilah yang melahirkan "commitment."
Tanpa "concern" jarang sekali ada "commitment."
2. Apa lagi arti dari "Commitment"
Anda berkomitmen berarti Anda mempertaruhkan semuanya dan segalanya. Anda sendiri berkeputusan untuk mengambil amanat penderitaan rakyat dan bangsa Papua ke dalam jalan kehidupan Anda. Tidak perduli dengan apapun yang dapat dilakukan NKRI terhadap Anda. Tidak perduli juga dengan apapun yang dikatakan orang Papua sendiri. Apapun kondisinya di Tanah Air, apapun kondisinya di Indonesia, apapun kondisinya di dunia ini, Anda punya suatu keputusan, suatu kebulatan hati dan tekad serta memiliki suatu prinsip bahwa "Lahir Sekali, Hidup Sekali, Mati Sekali!"
Sebuah "concern" mendatangkan "decision" yaitu keputusan. Dan keputusan itu menyangkut apa yang dapat dan hendak Anda lalukan demi pembebasan bangsa Papua Barat dari cengkraman NKRI.
Banyak orang Papua memang memiliki "concern" terhadap kondisi Tanah, Bangsa, Suku dan diri mereka sendiri. Mereka tahu bahwa memang kita harus berbuat sesuatu untuk merubah kondisi saat ini. Semua setuju bahwa pendudukan dan penjajahan NKRI ini sangat kejam dan mematikan baik mematikan secara mental, nalar, pandangan hidup, etnis, ras, agama, suku-bangsa dan dari berbagai aspek telah diketahui sangat merugikan selama berada bersama NKRI. Akan tetapi belum tentu semua orang “berkomitmen” untuk mengambil tindakan atau langkah untuk mengubah kondisi yang memprihatinkan itu.
Kemudian ia mengatakan dik yang terakhir ialah "Consistent"
3. Apa artinya "Consistent"?
Consistent atau "tetap teguh" atau "tidak berubah-ubah" atau "tidak bergeser".
Pejuang yang "konsisten" biasanya akan kelihatan. Limapuluh Tahun lalu Anda bertemu dia, Sepuluh Tahun lalu, Lima Tahun lalu, Setahun lalu, Sebulan lalu, Seminggu lalu, sejam lalu, ia tetap sama sebagai seorang Papua, sama sebagai seorang pejuang, sama sebagai seorang yang berkomitmen untuk kemerdekaan West Papua berdasarkan "concern" yang sejak lama ia miliki.
Konsisten juga tidak hanya dalam hal pendirian pribadi, tetapi juga dalam hal menganut ideologi politiknya dan dalam hal mengikuti organisasi yang memperjuangkan misi dan visinya.
Bangsa Papua selalu disuguhi dengan isu faksi, pecah-belah, saling mengkleim, saling menyalahkan dan bahkan saling membunuh. Kebiasaan saling kleim terus saja berlanjut. Makanya tidak heran tanah dan bangsa Papua punya banyak sekali Presiden, banyak organisasi, banyak nama negara, banyak Perdana Menteri, banyak Panglima Tertinggi, dan seterusnya dan sebagainya.
Mengapa ini semua terjadi?
Kalau bukan karena orang Papua tidak tahu berjuang secara "consisten" alasan apa lagi? Mungkin karena kita terbiasa dalam mengarungi sungai dan laut, selama beberapa jam kita biarkan perahu ikut arus, sekali-sekali kita dayung ke arah tujuan kita, sebentar lagi kita lepas mendayung, memberi waktu kepada arus atau ombak untuk mencermati, lalu kita mendayung lagi. Mungkin itu sebabnya orang Papua menjadi mirip dengan bangsa "bunglon," di mana saja dia berada dia menjadi sama dengan keadaan tempat dia berada.
Kita sudah banyak menyaksikan tanah dan bangsa ini punya nama Negara dan Bendera Negara bermacam-macam. Kita juga disuguhkan dengan berbagai trik dan gelagat saling merebut. Inilah yang disebut penulis Papua sebagai "politik buru-pungut" (hunter-gathering-politics] karena kita hanya pungut apa yang ada di alam semesta. Kita pungut apa yang disediakan orang barat, yang disediakan NKRI, yang disediakan alam-semesta, yang disediakan malaikat, yang disediakan setan, semuanya kita buru dan pungut.
Semuanya terjadi karena perjuangan ini tidak dijalankan dengan "comitment" yang terfokus dan terkonsentrasi. Orang Papua yang berkonsentrasi, dia tahu apa yang dilakukannya, apa yang harus dilakukannya, apa yang telah dilakukan, dan apa yang belum dilakukan, apa yang dapat dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Apapun wacana NKRI, apapun ancaman TNI/Polri, apapun dukungan yang diberikan dunia Internasional, apapun itu, dia tetap terfokus kepada "bidikannya", karena dia tidak mau terganggu konsentrasinya gara-gara gangguan yang datang dari berbagai pihak dengan segudang kepentingannya.
Itulah adik sepintas cerita yang kakak bagi buat adik dengan teman-teman yang akan mengikutinya dan akan anda bawah mereka dalam garis merah yang kak rintis sejak saya duduk di Komite Nasional Papua [KNP] pada tahun 1961.
Catatan yang tercecer itu ku tuliskan kembali bahwa: Para pejuang Papua Merdeka yang tidak memiliki rumus “tiga c” terlihat jelas dengan perilaku-perilakunya seperti:
-Mudah dipengaruhi oleh siapa saja meskipun itu Lawan dan Kawan.
-Memiliki banyak kesibukan sambil menjalankan kegiatan perjuangan Papua Merdeka
-Bahan dan pokok pembicaraan yang sedang ia kemas dan jalankannya bagaikan ia sedang makan pinang. Artinya "ada kapur, ada sirih, ada pinang, ada biji pinang, ada kulit pinang". Setelah dimakan semua kedalam yang keluar dari mulutnya berwarna merah karena isi mulutnya bercampuran. Bukan lagi warna kapur, warna sirih dan bukan bukan lagi warna pinang.
Demikianlah orang-orang yang berjuang atas nama Papua Merdeka tetapi sebenarnya mereka melakukan itu hanya karena tidak ada "concern" atas penderitaan, amanat dan kondisi bangsa dan Tanah Papua.
Refleksi:
Apakah Anda bagian dari orang Papua dan pejuang Papua Merdeka dengan memiliki rumus “tiga c” atau tidak memiliki rumus “tiga c? Silahkan Renungkan kembali !
Selamat Berjuang
Papua Merdeka !
Jumat, 08 Februari 2013
Hari ini Sidang Pembacaan Surat Dakwaan ke-6 Aktifis KNPB Wilayah Timika
| Aktifis KNPB Timika |
Kronologis singkatnya adalah sebagai berikut:
Kunjungan Ketua Umum Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bukthar Tabuni di Timika.
Pada tanggal, 06 Februari 2013 jam 9.50 WPB, Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP) Bukthar Tabuni tiba di Bandara Moses Kilangan, Timika-Papua Barat dan perjalanannya langsung menuju ke Polres Mile 32 untuk ketemu dengan Kapolres dengan Ketua Kejaksaan Negeri Timika, setelah itu perjalannya menuju ke Lembaga Pemasyaratan (LP) SP V Timika-Papua Barat untuk ketemu ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika yang ada dalam penjara.
Sekitar jam 10.50 WPB, Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bukthar Tabuni ketemu dengan ke-6 aktifis KNPB dan dia berpesan jangan menyerah tetap berjuang “Tetap semangat dalam perjuangan,” katanya dengan semangat yang berkobar-kobar.
Mantan Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Pusat ini juga menyampaikan bahwa dalam perjuangan ini ada tiga resiko yang di terima oleh Pejuang Papua Merdeka yaitu, 1. DPO (Daftar Pencari Orang, 2. Masuk penjara dan 3. Di tembak mati, “kamu beruntung, kamu tidak ditembak mati.” Katanya dengan tertawa panjang.
Dan Bukthar Tabuni, yang biasa masuk keluar di dalam penjara ini juga memberikan pengalaman hidup dalam penjara, kamu ada dalam penjara kecil, kalau kamu keluar kamu masuk dalam penjara besar “Dalam penjara kecil ini segalanya disediakan, air,makan, minum tempat tidur tetapi kamu keluar makan susa, minum lagi susa, jalan lagi susa, bikin kebun lagi susa dan segala sesuatu kamu susa jadi penjara besar ada di luar,” dan Bukthar juga mengutip bahasa Filep Karma dalam penjara “Dalam penjara itu Istana Papua Merdeka.” Kata Bukthar Tabuni menyiru perkataan Filep Karma. Setelah itu Bukthar Tabuni kembali ke Timika dan hari ini tanggal 7 Februari 2013 kembali ke Jayapura.
Persidangan ke-6 Aktifis KNPB Wilayah Timika
Hari ini persidangan ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika berlangsung aman, tertib dan damai sekalipun masa KNPB bersama keluarga turun mengaksikan persidangan ini juga di kawal ketat oleh kepolisian.
Sebelum persidangan di mulai sekitar jam 12.35 WPB, Ibadah singkat di pimpin oleh Pdt. Deserius Adii, S.Th. dalam khotbahnya yang terambil dalam 2 Korintus, 5:10. Di dalam khotbahnya mengatakan bahwa “Segala Bangsa akan menghadap pengadilan Kristus, pengadilan dalam dunia hanya symbol tetapi pengadilan Kristus untuk berlaku segala bangsa akan datang, dimana Yesus sendiri menjadi Hakim untuk menghami segala bangsa. Pengadilan dunia bisa ditipu, diputar balikkan fakta tetapi pengadilan Kristus diadili secara jujur, adil sesuai perbuatan masing-masing orang” Urainya dalam khotbah.
Persidangan untuk Pembacaan Surat Dakwaan di bacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan nomor registerasi perkara : PDM-2/TMK/Ep.2/01/2013, surat ini untuk Yakonias Womsiwor, Paulus Maryom, Alfret Marsyom, Steven Itlay dan Romario Yatipai dengan dakwaan membuat panah wayar adat Orang Biak, dan dikenakan dengan pasal pidana dalam pasal 106 KUHP Jo pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP; dan nomor registerasi perkara yang kedua : PDM-03/TMK/Ep.2/01/2013, surat ini untuk Yanto Awerkion dengan dakwaan Dopis untuk ikan atau bom ikan adat orang Pantai, dan dikenakan pasal pidana dalam Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 tahun 1951 Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sidang Pembacaan Dakwaan berakhir sekitar pukul 2.50 WPB dan sidang lanjutan akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2013 mendatang.
Senin, 04 Februari 2013
PERJALANAN AUKI TEKEGE (MEE)
Auki Tekege, Pembawa Terang Bagi Masyarakat Koteka
Auki sebagai salah satu tokoh diantara
sekian banyak tokoh yang telah membuka pagar Allah yang dibuat secara
bertahap di tanah Papua dengan dorongan roh kudus. Tokoh-tokoh yang
tercatat dalam sejarah pembukaan pagar Allah di tanah Papua ialah Ottouw dan Geisller di Mansinam Manokwari (Papua Utara) pada tahun 1855, Ardmanville d’cock di Kokonao (Papua Selatan) pada tahun 1902, Auki Tekege (1932-1934) dan dan lain-lain sebagainya.
Pada zaman simbiotik, banyak orang dari
timur mengembara ke bagian barat pegunungan pusat. Salah satu marga
yang pindah dari sekitar danau Tage ke Mapia adalah marga Tekege. Adalah
Obasso Tekege, adik bungsu dari tiga bersaudara melarikan diri dari Tage (dimiya)
ke Mapia karena bagian daging burung yang diinginkannya tidak
diberikan oleh kedua kakaknya sehingga Obasso mengembara ke Tigi, pindah
lagi ke Idadagi masuk daerah Mapia, menetap di Maymapa dan tidak lama
kemudian pindah ke Modio. Keturunan Obasso sebagai berikut; Dodota,
Menani, Wateisa, Mootoo, Memaha, Beneika, Siwaika, Bidahai dan
Bedoubainawi (dikenal Auki).
Disebut Bedoubainawi karena semasa muda, Bedoubainawi mempunyai hoby berburu burung (Bedo = burung, ubai = cari, nawi
= jalan). Sehingga ia sudah mengoleksi berbagai jenis burung. Sebagian
besar dari burung yang dikoleksi adalah burung Cenderawasih.
Bedoubainawi rupanya mempunyai maksud tertentu dibalik kegiatan koleksi
burung Cenderawasih. Ia sering kali berjanji kepada masyarakatnya bahwa
pada suatu saat ia akan menghadirkan Ogai-pii (dunia modern).
Menginjak usia dewasa, Bedoubainawi mulai berburu keluar daerah Modio.
Daerah yang sering dilalui adalah daerah Isago-doko (diantara
Mapia dengan Kokonao). Di Isago ia berkenalan dengan seorang pemuda
bernama Ikoko Nokuwo. Sering mereka berdua berjualan hasil bumi kepada
orang-orang Kamoro (pantai selatan), dan diganti dengan kulit bia (mege
= alat pembayaran), sambil latihan bahasa Kamoro. Kepala suku Kamoro
dengan kepala perangnya sangat dikenal baik. Hari demi hari mereka dua
mulai belajar bahasa Kamoro dan akhirnya menjadi fasih.
Bedoubainawi sudah lupa lagi dengan
kampung kelahirannya di Modio. Namun pada suatu saat ia kembali ke
kampung Modio tanpa membawah sesuatu apapun. Kedatangannya tidak
disenangi masyarakat Modio yang ditinggalkan bertahun-tahun.
Orang-orang Modio bertanya kepada Bedoubainawi “dimana ogaipii
yang dari dulu kamu janji?“. Akhirnya masyarakat Modio memanggil
TAPEHAUGI yang artinya orang yang tidak beruntung. Pada waktu itu
hampir seluruh daerah Mapia terjadi perang. Perang itu terjadi antar
klan/marga dan kampung akibat pencurian, perzinahan yang berbuntut pada
pembunuhan yang sifatnya melanggar hukum Tota Mana. Sistem sangsi hukum pun tidak berlaku, hanya nyawa ganti nyawa. Dengan kata lain kebenaran-kebenaran itu semakin hilang.
Tapehaugi hampir setiap hari berpikir,
bagaimana caranya sehingga masyarakat bisa hidup aman, damai dan rukun
berdasarkan ajaran-ajaran Kabo mana dan Tota mana.
Pada suatu hari Tapehaugi memutuskan pergi mengunjungi rekannya Ikoko
Nokuwo di daerah Isago. Awal tahun 1930 Tapehaugi bersama istrinya
Kesaimaga Gobay mulai berjalan menuju pantai selatan. Selama satu
minggu mereka berjalan dari Modio bermalam di Mokobike, Boubaga,
Dikitinai hingga di kampung Bidau. Dikampung Bidau ia bertemu Ikoko
Nokuwo dan masyarakatnya bermarga Gabou-Kahame. Dari Bidau mereka menuju
Wagikunu. Esoknya mereka menuju kampung Dowudi dan malam ketujuh
mereka sampai di kampung Makaihawido. Di kampung itu Tapehaugi menetap
lama dan membuat rumah.
Tak lama kemudian mereka pergi menjual
hasil buminya ke Ugoubado (Pronggo) untuk ditukarkan dengan hasil bumi
dari pantai. Sampai di Ugoubado mereka masuk dirumah kepala suku Kamoro.
Pada malam hari Kepala Suku Kamoro menceritakan tentang orang-orang
barat yang sedang mewartakan Injil di daerah Kokonao. Tapehaugi sangat
tertarik dan ingin berjumpa dengan para misionaris tersebut. Namun
Kepala Suku Kamoro itu tidak menceritakan dimana keberadaan para
misionaris itu. Tapehaugi mengetahui maksud hati Kepala Suku dan
berjanji setelah tiga bulan Tapehaugi dan rombongannya akan membawah
hasil buruan dan makanan. Janji Tapehaugi diterima baik oleh Kepala Suku
Kamoro.
Tiga bulan kemudian Tapehaugi bersama rombongannya membawah 40 ekor burung Cenderawasih (tune mepiha)
yang sudah dikeringkan sebelumnya, ditambah makanan dan tembakau. Orang
Kamoro pun sudah mempersiapkan kulit bia, 40 buah kampak batu (maumi)
dan hasil laut lain sesuai perjanjian. Setelah pertukaran barang
selesai, Kepala Suku Kamoro berjanji akan membawah para misionaris
untuk berkenalan dengan Maihora (panggilan
orang Kamoro kepada Tapehaugi). Dengan hati yang senang dan gembira
Tapehaugi bersama rombongannya kembali ke Wagikunu.
Pada suatu hari sementara Tapehaugi sedang membuat kebun, tiba-tiba istrinya Kesaimaga memanggil: “Ke-ke..tobouga-gogo wake, akogeima kedeke kamena keino owegaimi”. Artinya ‘’hai orang Tobousa, jangan melamun, sahabat-sahabatmu sedang datang, mari jemput mereka”.
Tapehaugi pun bergegas menjemput mereka. Sesampai dirumah ia
berpapasan dengan orang-orang berkulit putih persis seperti anak yang
baru lahir (detamagawa). Kepala suku Kamoro berkata kepada
Auki: “Maihoga, inilah orang-orang yang mewartakan kabar gembira”. Maka
mereka saling berkenalan satu sama lain. Orang-orang berkulit putih itu
antara lain Pater Tillemans MSC dan dr Bijmler. Pada kesempatan itu
tepat bulan April 1932. Tapehaugi menceritakan, “dibelakang gunung
sana, orang seperti saya banyak, saya minta supaya kabar Injil
diwartakan kepada rakyat saya yang berada dibalik gunung sana”, ungkap
Tapehaugi berharap. Pater Tillemans berjanji setelah tiga tahun dirinya
akan datang menuju Modio – Mapia. Selanjutnya Tapehaugi bersama istrinya kembali ke Modio.
Dalam perjalanan pulang, Tapehaugi mendapat nama baru dari seorang Malaikat di kampung / gunung Mokobike (Mouhago). Nama yang diberikan adalah AUKI –
artinya laki-laki yang hebat dalam nada keheranan. Sesampainya di
Modio, Auki menceritakan perjalanannya ke Kokonao termasuk nama yang
baru diberikan itu. Orang-orang yang turut mendengar cerita Auki antara
lain Minesaitawi Tatago, Metegaibi Kedeikoto, Dakeugi Makai dan teman
sedawar lain yang masih hidup pada masa itu.
Pada tanggal 21 Desember 1935, P.
Tillemans yang mengikuti Bijmler Ekspedisi menuju Modio. Setelah lima
hari perjalanan, pada tanggal 26 Desember 1935 rombongan P. Tillemans
dan Tuan Bijmler tiba di Modio. Pada waktu itu Ikoko Nokuwo memakai
topi yang dibuat dengan rotan. Mereka disambut dengan Tupi Wani (Kapauku Folkdance) dan dipotong dua ekor babi sebagai pengucapan syukur atas kehadiran dua orang barat tersebut.
Selanjutnya Auki memerintahkan kepada
Minesaitawi Tatago dan Dakeugi Makai untuk memanggil seluruh pimpinan
masyarakat (Tonawi) yang ada diseluruh pedalaman Paniai. Sepuluh hari
kemudian, para Tonawi tersebut tiba dengan rombongannya dengan membawa
babi untuk pesta perdamaian [tapa dei]. Mereka yang turut
hadir pada waktu itu antara lain Zoalkiki Zonggonao dan Kigimozakigi
Zonggonau dari Migani, Gobay Pouga Gobay dari Paniai, Itani Mote dan
Timada Badi dari Tigi, Papa Goo dari Kamu, Tomaigai Degei dari Degeuwo,
Pisasainawi Magai dari Piyakebo, Dekeigai Degei dari Putapa, Enagobi
Gobai dari Pogiano, Tubasawi Tebay dari Toubay, Mote Pouga Mote dari
Adauwo dan Dakeugi Makai dari Pisaise, dll.
Pada tanggal 7 Januari 1936, Pater
Tillemans memimpin Misa Kudus dan membuka Injil diatas batu didepan
rumah Bapak Auki. Itulah misa pemberkatan pertama di kampung Modio.
Setelah misa kudus, dilanjutkan dengan doa perdamaian (tapa dei)
yang dipimpin oleh Auki. Dalam doa inti Auki meminta Minesaitawi dan
Dakeugi untuk membunuh dua ekor babi yang telah dipersiapkan (Sabakina dan Bunakina). Ketika membunuh bunakina (babi hitam) Minesaitawi berkata: Aki mogaitaitage Mee (bagi yang akan berbuat zinah), aki oma nai tage Mee (bagi yang akan mencuri), aki pogo goutage Mee (bagi yang akan membunuh), aki Mee ewegaitage Mee (bagi yang akan menceritakan orang lain), aki pusa mana bokouto Mee (bagi yang akan menipu) kou ekinama dani kategaine. Artinya:saya samakan kamu yang akan melanggar ajaran Tota Mana dengan babi yang saya bunuh agar tidak terulang lagi.” Selanjutnya
Dakehaugi membunuh babi putih yang sudah diikat di Pohon Otika.
Setelah itu Dakehaugi memotong pohon Otika dan mengeluarkan darah merah
pertanda persembahan diterima.
Setelah upacara perdamaian selesai,
rombongan Pater Tillemans kembali ke Kokenau dan melaporkan perjalanan
kepada Pimpinan Gereja di Langgur (Ambon) dan Pemerintah Hinda Belanda
bahwa dipedalaman Paniai ada manusia. Laporan itu diketahui Assisten
Residen Fakfak dan Bestuur Assisten di Kaimana dan meminta Pilot Letnan
Dua Laut Ir. F. Jan Wissel untuk menelusuri daerah Pegunungan. Pada
awal bulan Februari 1937 Pilot Wissel terbang dari Utara (Serui = Geelvink) ke arah Selatan (Babo) menggunakan pesawat Sikorsky milik perusahaan Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschapij
(NNGPM) dan menemukan tiga buah danau dan perkampungan disekitar danau
itu. Sejak saat itu danau Paniai, danau Tage dan danau Tigi dikenal
Wisselmerren (bahasa Belanda artinya danau-danau Wisel). Selanjutnya
pada bulan April 1938 P. H. Tillemans MSC ikut Ekspedisi Van Eachoud
menuju Enarotali untuk membuka pos-pos pelayanan sekaligus menemui
Tonawi-Tonawi yang sudah dikenal jauh sebelumnya di Modio, 1936.
Berita adanya manusia di Pedalaman
Paniai didengar pula oleh Pendeta R. A. JAFFAR. Akhir tahun 1937 Pdt. R.
A. Jaffar mengajukan permohonan dan meminta ijin kepada Pemerintah
Hindia Belanda untuk membuka penginjilan di daerah pedalaman Paniai dan
permohon tersebut dikabulkan. Dari Makasar beliau berangkat menuju
Bumi Cenderawasih untuk melihat secara langsung keadaan penduduk
disana. Selanjutnya Pdt. R. A. Jaffar mengutus Pdt. Walter Post dan
Pdt. Russel Dabler untuk merintis daerah pedalaman Paniai. Sesampai di
Uta mereka berdua dijemput Yineyaikawi Edowai dan menuju daerah Paniai
melalui sungai Yawei. Begitu tiba mereka bermalam di rumah Itani Mote di
Yaba (Waghete).
Tahun-tahun berikutnya berturut-turut
didatangkan penginjil-penginjil muda seperti Sam Pattipeiloi dari
Ambon, Poltak Saragih asal Tapanuli dan Paja asal Kalimantan Timur
bersama 20 orang dari Kalimantan Timur meninggalkan Makasar pada 5
Maret 1939. Mereka tiba di bumi Cenderawasih pada 20 April 1939.
Berikut tahun 1941 datang pula beberapa lulusan SAM pada route yang
sama yaitu Ch. D. Paksoal, P. Pattipeiloi, C. Akhiary (Ambon Sanger
Talaut), Ajang Lajang, Salim dan Teringan asal Kalimantan Timur. Dari
kalangan gereja Katolik datang pula beberapa guru-guru muda seperti
Andreas Matorbongs ditempatkan di Enarotali, gr Meteray di Kugapa dan
Petrus Letsoin di Yaba.
Segera sesudah itu perang dunia kedua
meletus dan seluruh pelayanan misi dan zending diberhentikan. Beberapa
misionaris dan pemerintah Belanda diinternir oleh tentara Jepang. Salah
satu surat yang dilayangkan berbunyi: “Als de kontreleurs en de
Pastoors zich niet aan de Japanners overgeven, hebben nedaar voor reeds
twee grote kapmessen gereedliggen, een voor de pastoor en een voor
mij”. Artinya jika pemerintah dari Belanda dan Pater
tidak menyerahkan diri kepada pemerintah Jepang, mereka akan dipenggal
kepalanya. Orang-orang Jepang telah menyediakan dua buah pisau besar,
satu untuk penggal kepala para pastor, dan satu untuk saya (de Bruijn).
Mendengar informasi ini, para
misionaris dan Pemeritah Belanda segera disembunyikan oleh orang-orang
pedalaman di beberapa tempat seperti Komandoga, Siriwo dan
Pegaitakamai. Orang-orang yang disembunyikan di Pegaitakamai antara
lain Pater Tillemans, dr Rubiono dan DR. J.V. de Bruijn. Di gunung ini
dokter Rubiono yang mengikuti kedua orang barat itu menemukan seorang
bayi kecil (tuan tanah) dan disembunyikan dalam tas. Menurut
orang Mapia hingga saat ini, dokter Rubiono adalah Ir Soekarno,
Presiden Republik Indonesia pertama. Walaupun dalam dokumen-dokumen
sejarah Suku Me dan daerah sekitarnya tidak pernah disebut nama
Soekarno, kecuali nama dr Rubiono dan Adang Rusdy, seorang operator
Radio Belanda – dan juga Ir Soekarno sebelum tahun 1945 belum pernah
injak daerah pedalaman Irian.
Tak lama kemudian pada bulan Agustus
dan September 1942 tentara Jepang masuk ke daerah Paniai melalui Uta ke
Oraya terus ke Enarotali. Cengkeraman kekuasaan Jepang di Paniai
menyebabkan HPB de Bruijn terpaksa mengungsi ke Australia. Dalam
pengungsian ini, ikut serta 26 pemuda Ekagi dan Migani. Mereka adalah
Markus Yeimo, Piter Kadepa, Bernadus Gobay, Petrus Gobay, Kornelis
Madai, Obeth Takimai, Erenius Mote, Yoakim Mote, Dominggus Mote,
Bernadus Mote, Markus Goo, Kosmos Ekee dan Animalo Adi. Dari Merauke
ada beberapa yang masuk polisi seperti Manatadi Gobay, Kaimodi Yogi,
Bintang Gobay, Paulus Madai dan Yoseph Yeimo. Sedangkan yang lain masuk
Batalyon Papua yang dibentuk tentara Sekutu untuk memerangi sisa-sisa
tentara Jepang. Sementara itu, de Bruijn membawah tiga pemuda Ekagi ke
Australia, masing-masing Karel Gobay, Zakeus Pakage dan Ikoko Nokuwo.
Sementara itu Pater H. Tillemans dan dr. Rubiono bersama beberapa guru
lainnya, berangkat dari Mapia menuju Enarotali untuk menunggu pesawat
menuju Merauke. Di Enarotali P Tillemans dan rombongannya disembunyikan
di gunung Bobaigo. Di gunung ini, dr Rubiono menangkap burung Garuda (Imu = penjaga gunung, menurut orang Mee).
Pada tanggal 24 Mei 1943 P Tillemans
MSC dan rombongannya berangkat dengan pesawat terbang dari Enarotali ke
Merauke. Dua hari setelah keberangkatan mereka, daerah Paniai dan
sekitarnya diduduki oleh tentara Dai Nippon. Usai perang dunia kedua,
misionaris dan zending kembali ke daerah Paniai dengan membawah
tenaga-tenaga guru, suster, Pater untuk membangun daerah yang telah
“dipagari Allah”. Dari Misi seperti Gerardus Ohoiwutun dan Bartholomeus
Welerebun di Enarotali.
Sabtu, 02 Februari 2013
Sejarah Sinkat Danau pania
Pada awalnya, Danau Paniai beserta
Danau Tigi dan Danau Tage dinamakan Wissel Meeren. Penamaan ini dinisbatkan
kepada orang yang pertama kali menemukan ketiga danau cantik tersebut pada
tahun 1938, yaitu seorang pilot berkebangsaan Belanda bernama Wissel. Pada saat itu, Wissel terbang
melintasi pegunungan Pulau Irian dan melihat tiga danau yang memiliki
pemandangan yang indah. Karena terpesona dengan keindahannya, Wissel memutuskan
untuk mendarat dan menikmati eksotisme ketiga danau tersebut dari dekat.
Bahkan, pada masa kolonial Belanda, nama Wissel Meeren lebih populer ketimbang
Paniai. Wissel Meeren berasal dari bahasa Belanda yang memiliki arti
danau-danau Wissel.
Luas Danau Paniai yang mencapai 14.500 hektar memberi
cukup ruang kepada wisatawan untuk memilih lokasi yang sesuai dengan
keinginannya ketika berekreasi ke danau tersebut. Terdapatnya bebatuan dan
pasir di tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing yang lumayan
tinggi, menambah daya tarik objek wisata andalan Kabupaten Paniai ini.
Sebagaimana sebagian besar topografi Kabupaten Paniai
yang berada di wilayah pegunungan dan perbukitan yang berhawa sejuk, Danau
Paniai pun terletak di daerah ketinggian, yaitu sekitar 1.700 meter di atas
permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, Danau Paniai menyimpan aneka jenis
ikan air tawar dan udang. Ikan nila (oreochromis
niloticus), ikan mujair (oreochromis
mossambicus), ikan mas/ikan karper (cyprinus
carpio), ikan sembilan hitam, dan ikan belut (synbranchus) adalah di antara jenis ikan yang dapat
dijumpai di danau ini. Sedangkan ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayamaruensis) merupakan biota Danau Paniai
yang sering dicari oleh para nelayan dan hobiis ikan hias karena bernilai
ekonomi tinggi. Bila beruntung, di Danau Paniai wisatawan dapat melihat udang
endemik Papua yang kini sudah mulai langka, yaitu udang selingkuh (cherax
albertisii). Dinamakan demikian karena udang tersebut memiliki
capit/jepit besar seperti halnya kepiting. Sampai saat ini, setiap orang yang
berkunjung ke Tanah Papua, terutama ke Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten
Jayawijaya, senantiasa mencari udang selingkuh sebagai menu untuk bersantap.
Jumat, 01 Februari 2013
Ke-6 Aktifis KNPB Wilayah Timika akan disidangkan 7 Februari 2013
Timika-KNPBNews: Berkas pemeriksaan Ke-6 aktifis
KNPB Wilayah Timika di ajukan ke Pengadilan Negeri Timika rencana akan
disidangkan hari kamis, 7 Februari 2013; Keenam tersangka dijerat dengan
pasal alternatif. Yakni pasal 106 KUHP Tentang Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara atau Makar dan diancam dengan pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun, Jo
Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Alat
Tajam.
Sementara itu Steven Itlay dari tahanan dalam pesan singkatnya menyatakan bahwa : “Persidangan ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika akan dilaksanakan mulai hari Kamis, 7 Februari 2013 mendatang kasus pertama saat penangkapan adalah ALAT TAJAM tetapi karena tidak terbukti untuk dipersidangkan, maka polisi tambahkan lagi dengan kasus MAKAR. Mohon advokasi dan pantau kasus ini…! Segra Konsulidasi Rakyat di Timika dan dukungan doa.” Ujar dari dalam tahanan LP di SP V Timika-Papua.
Dan dalam surat kabar lokal (Radar Timika) Edisi hari Jumat, 01 Februari 2013, halaman 09, Ketua Pengadilan Timika, menjelaskan bahwa, “dijeratnya keenam tersangka dengan kasus makar, bukan merupakan keputusan atau kewenangannya melainkan dari Penyelidik. Demikian juga halnya dengan pelimpahan hingga dilaksanakannya sidang di Timika. Karena biasanya kasus makar, kerap disidangkan di propinsi atau bahkan di Jakarta. Itu semua tergantung keputusan polisi. Kami prinsipnya selalu siap menyidangkan kasus yang dilimpahkan kepada kami,” katanya dalam Surat Kabar Radar Timika.
Sementara itu atas nama keluarga ke-6 aktifis KNPB itu, bapak Luis Yatipai mengatakan bahwa ihak keluarga sangat tidak setuju mereka disidangkan di Jayapura atau Jakarta. “Kami pihak keluarga sangat tidak setuju disidangkan diluar kota Timika. Ucap dengan nada keras.
Dan juga saudara Paskalis Douw, Wakil Ketua KNPB Wilayah Timika, mengatakan “kami tidak mau masalah ini bawa keluar dari kota Timika. Kita buktikan dari pengadilan untuk apa masalah ini dibawa keluar.” Katanya.
Sementara itu Steven Itlay dari tahanan dalam pesan singkatnya menyatakan bahwa : “Persidangan ke-6 aktifis KNPB Wilayah Timika akan dilaksanakan mulai hari Kamis, 7 Februari 2013 mendatang kasus pertama saat penangkapan adalah ALAT TAJAM tetapi karena tidak terbukti untuk dipersidangkan, maka polisi tambahkan lagi dengan kasus MAKAR. Mohon advokasi dan pantau kasus ini…! Segra Konsulidasi Rakyat di Timika dan dukungan doa.” Ujar dari dalam tahanan LP di SP V Timika-Papua.
Dan dalam surat kabar lokal (Radar Timika) Edisi hari Jumat, 01 Februari 2013, halaman 09, Ketua Pengadilan Timika, menjelaskan bahwa, “dijeratnya keenam tersangka dengan kasus makar, bukan merupakan keputusan atau kewenangannya melainkan dari Penyelidik. Demikian juga halnya dengan pelimpahan hingga dilaksanakannya sidang di Timika. Karena biasanya kasus makar, kerap disidangkan di propinsi atau bahkan di Jakarta. Itu semua tergantung keputusan polisi. Kami prinsipnya selalu siap menyidangkan kasus yang dilimpahkan kepada kami,” katanya dalam Surat Kabar Radar Timika.
Sementara itu atas nama keluarga ke-6 aktifis KNPB itu, bapak Luis Yatipai mengatakan bahwa ihak keluarga sangat tidak setuju mereka disidangkan di Jayapura atau Jakarta. “Kami pihak keluarga sangat tidak setuju disidangkan diluar kota Timika. Ucap dengan nada keras.
Dan juga saudara Paskalis Douw, Wakil Ketua KNPB Wilayah Timika, mengatakan “kami tidak mau masalah ini bawa keluar dari kota Timika. Kita buktikan dari pengadilan untuk apa masalah ini dibawa keluar.” Katanya.
Langganan:
Komentar (Atom)



