Catatan ku dari yang telah tercecerBy: Yatipai
Perbincangan Selengkapnya:

Suatu
waktu saya berbincang dengan salah satu tokoh perjuangan Papua Merdeka,
waktu itu di tahun 2005. Kami dua berbicang sambil menikmati sejuknya
angin disalah satu pegunungan terindah di Vanimo. Ketika daerah itu
semakin sunyi hanya ku dengar suara-suara burung cendrawasih
mengelilingi alam setempat. Saya sangat terkejut melihat tokoh pejuang
ini karena sejak lama saya mengetahui namanya tetapi belum pernah
memandang ia dari dekat. Ia adalah sang pejuang yang telah menjadi
almarhum sebagai korban Politik dan Pelanggaran HAM. Aku sapa dia
dengan bapak akan tetapi ia mengatakan jangan panggil saya bapak tetapi
panggil saya “Kak Wim”. Sangat indah ketika ia katakana sapaan yang aku
harus sapa kepada beliau. Dia adalah WILLEM ZONGGONAU.
Sejak pertemuan itu, sayapun berturut-turut
mengikuti jejak langkah sang kak politisi yang telah lama bergulat
dalam politik Papua Merdeka. Terlepas dari berbagai hal yang melilit di
sana, kami temukan sang pejuang ini memang memiliki komitmen yang
sangat kuat untuk Kemerdekaan bangsa Papua Barat. Saya sengaja
berbincang dengan “Kak Wim” dari sisi cerita yang biasa dan Ia mulai
mengulas tentang kepastian nurani dia terhadap Fransalbert Joku. Ia
mengatakan Fransalbert Joku bersama kelompoknya pasti akan pulang ke
Indonesia sebab waktu itu dokumen rahasia BIN berbasis di Port Moresby
telah terbongkar, di mana Fransalbert Joku telah bekerja untuk BIN
selama puluhan tahun dan Ia bekerja untuk BIN NKRI jauh sebelum Kongres
Rakyat Papua II 2000. Dokumen itu menunjukkan dengan jelas tugas dan
tanggungjawab pace Joku, lengkap dengan laporan-laporan yang ia pernah
sampaikan. Dalam laporan tersebut telah ia cantumkan beberapa nama
tokoh pejuang Papua yang ada di Pasific salah satunya “Kak Wim”.
Kak Wim bagaimana dengan laporan-laporan seperti itu?
Dengan senyum dan santai saja “Kak Wim” menjawab: "Ade, dalam
perjuangan ini ada tiga prinsip utama yang perlu kita pegang, yaitu
rumus “tiga C” yaitu Concern, Commitment, dan Consistent.
1. Apa artinya "Concern"?
"Concern" Konsen atau "concern",
artinya "memperdulihkan atau peduli " atau lebih tepat "prihatin"
sehingga bisa diterjemahkan secara sederhana artinya kita harus Menaruh
rasa prihatin dan perduli kepada perjuangan ini. Masalah penderitaan
dan perjuangan rakyat Papua haruslah menjadi sebuah "concern" dari
seseorang.
Lawan dari "concern" ialah asal-asalan, karena
terpaksa, keadaan terpaksa, karena tidak ada pekerjaan lain, karena
disuruh, karena kebetulan sehingga tidak didasarkan pada 'panggilan
sebagai suatu profesi yang harus menjadi concern pribadi.
Perjuangan
untuk sebuah bangsa dan Tanah Air tidak bisa dilakukan dalam rangka
mencari muka, dalam rangka mengalahkan sesama, dalam rangka menonjolkan
ego. Perbuatan sedemikian hanya menambah rumit masalah yang ada dan
Tidak mengurangi untuk menyelesaikan.
Pejuang yang punya
"concern", dia akan selalu fokus kepada persoalan yang diketahuinya,
dan ia fokus dalam mencari jalan menyelesaikan agar yang memprihatinkan
itu menjadi menggembirakan di kemudian hari. Kepribatinan inilah yang
melahirkan "commitment."
Tanpa "concern" jarang sekali ada "commitment."
2. Apa lagi arti dari "Commitment"
Anda
berkomitmen berarti Anda mempertaruhkan semuanya dan segalanya. Anda
sendiri berkeputusan untuk mengambil amanat penderitaan rakyat dan
bangsa Papua ke dalam jalan kehidupan Anda. Tidak perduli dengan apapun
yang dapat dilakukan NKRI terhadap Anda. Tidak perduli juga dengan
apapun yang dikatakan orang Papua sendiri. Apapun kondisinya di Tanah
Air, apapun kondisinya di Indonesia, apapun kondisinya di dunia ini,
Anda punya suatu keputusan, suatu kebulatan hati dan tekad serta
memiliki suatu prinsip bahwa "Lahir Sekali, Hidup Sekali, Mati Sekali!"
Sebuah "concern" mendatangkan "decision" yaitu keputusan. Dan
keputusan itu menyangkut apa yang dapat dan hendak Anda lalukan demi
pembebasan bangsa Papua Barat dari cengkraman NKRI.
Banyak orang
Papua memang memiliki "concern" terhadap kondisi Tanah, Bangsa, Suku
dan diri mereka sendiri. Mereka tahu bahwa memang kita harus berbuat
sesuatu untuk merubah kondisi saat ini. Semua setuju bahwa pendudukan
dan penjajahan NKRI ini sangat kejam dan mematikan baik mematikan
secara mental, nalar, pandangan hidup, etnis, ras, agama, suku-bangsa
dan dari berbagai aspek telah diketahui sangat merugikan selama berada
bersama NKRI. Akan tetapi belum tentu semua orang “berkomitmen” untuk
mengambil tindakan atau langkah untuk mengubah kondisi yang
memprihatinkan itu.
Kemudian ia mengatakan dik yang terakhir ialah "Consistent"
3. Apa artinya "Consistent"?
Consistent atau "tetap teguh" atau "tidak berubah-ubah" atau "tidak bergeser".
Pejuang
yang "konsisten" biasanya akan kelihatan. Limapuluh Tahun lalu Anda
bertemu dia, Sepuluh Tahun lalu, Lima Tahun lalu, Setahun lalu, Sebulan
lalu, Seminggu lalu, sejam lalu, ia tetap sama sebagai seorang Papua,
sama sebagai seorang pejuang, sama sebagai seorang yang berkomitmen
untuk kemerdekaan West Papua berdasarkan "concern" yang sejak lama ia
miliki.
Konsisten juga tidak hanya dalam hal pendirian pribadi,
tetapi juga dalam hal menganut ideologi politiknya dan dalam hal
mengikuti organisasi yang memperjuangkan misi dan visinya.
Bangsa
Papua selalu disuguhi dengan isu faksi, pecah-belah, saling mengkleim,
saling menyalahkan dan bahkan saling membunuh. Kebiasaan saling kleim
terus saja berlanjut. Makanya tidak heran tanah dan bangsa Papua punya
banyak sekali Presiden, banyak organisasi, banyak nama negara, banyak
Perdana Menteri, banyak Panglima Tertinggi, dan seterusnya dan
sebagainya.
Mengapa ini semua terjadi?
Kalau bukan
karena orang Papua tidak tahu berjuang secara "consisten" alasan apa
lagi? Mungkin karena kita terbiasa dalam mengarungi sungai dan laut,
selama beberapa jam kita biarkan perahu ikut arus, sekali-sekali kita
dayung ke arah tujuan kita, sebentar lagi kita lepas mendayung, memberi
waktu kepada arus atau ombak untuk mencermati, lalu kita mendayung
lagi. Mungkin itu sebabnya orang Papua menjadi mirip dengan bangsa
"bunglon," di mana saja dia berada dia menjadi sama dengan keadaan
tempat dia berada.
Kita sudah banyak menyaksikan tanah dan
bangsa ini punya nama Negara dan Bendera Negara bermacam-macam. Kita
juga disuguhkan dengan berbagai trik dan gelagat saling merebut. Inilah
yang disebut penulis Papua sebagai "politik buru-pungut"
(hunter-gathering-politics] karena kita hanya pungut apa yang ada di
alam semesta. Kita pungut apa yang disediakan orang barat, yang
disediakan NKRI, yang disediakan alam-semesta, yang disediakan
malaikat, yang disediakan setan, semuanya kita buru dan pungut.
Semuanya
terjadi karena perjuangan ini tidak dijalankan dengan "comitment" yang
terfokus dan terkonsentrasi. Orang Papua yang berkonsentrasi, dia tahu
apa yang dilakukannya, apa yang harus dilakukannya, apa yang telah
dilakukan, dan apa yang belum dilakukan, apa yang dapat dilakukan dan
apa yang harus dilakukan. Apapun wacana NKRI, apapun ancaman TNI/Polri,
apapun dukungan yang diberikan dunia Internasional, apapun itu, dia
tetap terfokus kepada "bidikannya", karena dia tidak mau terganggu
konsentrasinya gara-gara gangguan yang datang dari berbagai pihak
dengan segudang kepentingannya.
Itulah adik sepintas cerita
yang kakak bagi buat adik dengan teman-teman yang akan mengikutinya dan
akan anda bawah mereka dalam garis merah yang kak rintis sejak saya
duduk di Komite Nasional Papua [KNP] pada tahun 1961.
Catatan
yang tercecer itu ku tuliskan kembali bahwa: Para pejuang Papua Merdeka
yang tidak memiliki rumus “tiga c” terlihat jelas dengan
perilaku-perilakunya seperti:
-Mudah dipengaruhi oleh siapa saja meskipun itu Lawan dan Kawan.
-Memiliki banyak kesibukan sambil menjalankan kegiatan perjuangan Papua Merdeka
-Bahan dan pokok pembicaraan yang sedang ia kemas dan jalankannya
bagaikan ia sedang makan pinang. Artinya "ada kapur, ada sirih, ada
pinang, ada biji pinang, ada kulit pinang". Setelah dimakan semua
kedalam yang keluar dari mulutnya berwarna merah karena isi mulutnya
bercampuran. Bukan lagi warna kapur, warna sirih dan bukan bukan lagi
warna pinang.
Demikianlah orang-orang yang berjuang atas nama Papua Merdeka
tetapi sebenarnya mereka melakukan itu hanya karena tidak ada "concern"
atas penderitaan, amanat dan kondisi bangsa dan Tanah Papua.
Refleksi:
Apakah Anda bagian dari orang Papua dan pejuang Papua
Merdeka dengan memiliki rumus “tiga c” atau tidak memiliki rumus “tiga
c? Silahkan Renungkan kembali !
Selamat Berjuang
Papua Merdeka !